Bukan nyumpahin, tapi ini untuk semua orang termasuk diri gue sendiri. Capek banget deh kita diguyur hujan dan direndam banjir. Alhamdulillah rumah mungil gue di Parung aman dari genangan.
Dapat hujannya, nggak dapat banjirnya, alhamdulillah.
Tahu nggak bedanya tsunami, gunung meletus, gempa bumi dengan banjir?
Yang terakhir itu sebenarnya bukan bencana alam, tapi bencana manusia. Bencana alam adalah aktifitas bumi yang menimbulkan kerusakan (menurut manusia), namun hanya bisa diprediksi tanpa bisa dicegah.
Bencana manusia adalah bencana akibat ulah tangan kita sendiri dan sebenarnya tidak perlu terjadi. Kayak banjir itu.
Percayalah Allah menciptakan alam dengan mekanisme untuk menyeimbangkan diri sesuai sifat Allah sendiri yang Maha Adil. Karena gunung meletus, memberi alam sumber kesuburan baru dari sisa lava dan material lain.
Alam akan selalu imbang dengan catatan, kita manusia ini tidak berbuat kerusakan. Masalahnya adalah kita tenggelam dengan keserakahan dan melihat pohon, air, batu dan lain-lain sebagai alat produksi, bahan baku, dan sumber uang.
Mensos Bachtiar Chamsyah dalam sebuah wawancara (bukan gue sih yang ngeliput), dia bilang jelas aja Kelapa Gading banjir, itu kan dulu situ diurug jadi perumahan.
Persis..... Elo bayangin Kelapa Gading, Kapuk, Angke, Daan Mogot jaman Si Pitung dulu apaan. Empang, situ, rawa, muara. Buat developer, itu lahan tidur yang bisa jadi uang kalau diurug. Tapi hakikinya itu adalah mekanisme alam bumi Jakarta ini mengalirkan air untuk diserap.
Developer dengan masterplan brilian menurut mereka tapi bodoh menurut pakar ekologi bikin pemukiman besar-besaran. AMDAL mereka gue definisikan sebagai cara para insiyur menghajar babak belurkan hukum alam dan menjejalkan logika teknik dan arsitektur untuk kepentingan apalagi kalau bukan bisnis.
Give such a good name. You name it: kepala naga, buntut naga, badan naga, kumis naga dll. Orang pun berduyun-duyun datang membeli properti anda.
Uang kita bisa membeli istana, tapi kita nggak akan pernah bisa membeli hukum alam......
Planet ini tetap berjalan dengan mekanisme hidupnya, dan Angke, Daan Mogot, Kapuk, Kelapa Gading, serta daerah-daerah lain yang dari dulunya adalah tempat air berkumpul, akan tetap seperti itu.
Sampai hari ini, sampai di atas tanah tersebut ada rumah, mal, sekolah, pasar, dll. Air tetap datang menunggu diserap ke dalam tanah yang kini tertutup beton dan aspal.
Berhenti melihat ekosistem di sekitar kita sebagai alat produksi, atau obyek eksploitasi semata-mata. Kita sama-sama mahluk hidup ciptaan-Nya. Bedanya cuma satu, manusia Adam mengangkat jarinya saat Allah bertanya siapa yang mau menjadi khalifah di planet Bumi.
Khalifah dalam prinsip manajerial bertugas to organize and manage. Dua tugas yang sering tertukar dengan to search and destroy.
No comments:
Post a Comment