Proses Pemilu AS 2008 dipotret dunia kecuali AS sendiri, sebagai pemilunya Partai Demokrat. Semua tingkah polah dua kandidat utamanya Hillary Clinton dan Barack Obama, adalah berita.
Jago-jago kubu Republik tidak punya gaung di luar Negeri Paman Sam itu. Mitt Romney? John MacCain? Dunia seolah tidak perlu mengetahui mereka. Pemilu AS 2008 seolah bukan menjadi pemilu Partai Republik. Setidaknya bukan untuk George W Bush yang sudah tidak bisa maju lagi.
Publik memang sudah bosan dengan Bush, dan ini berdampak serius untuk Partai Republik. Jagonya pasti kandidat-kandidat baru, tapi rohnya tetap sama. Elang-elang neo konservatif pada dasarnya masih menjadi motor di Republik.
Isu perang Irak adalah pertaruhan gengsi dan kepentingan modal. Sebuah resiko dalam bisnis dan prajurit-prajurit adalah alat produksi yang bisa dibelanjakan dan dihabiskan, sampai tujuan ekonomi di Irak bisa diraih. Jalan untuk berbagai gurita MNC yang sahamnya dibagi rata di antara elang-elang ini.
Maka, Hillary dan Obama sungguh tampil sebagai pemimpin alternatif. Mereka akan menadi presiden perempuan pertama atau kulit hitam pertama. Keberadaan mereka yang menjadi favorit pada esensinya adalah penantang sejati tradisi politik AS yang diimani kelompok neo konservatif: The White Anglo Saxon Protestant (and male).
Pemilu AS 2008 memiliki daya tarik tersendiri. Dunia menunggu, akankah tradisi ini berhasil didobrak? Akankah demokrasi di AS tidak sekadar empty signifier yang pemaknaannya dihegemoni sepihak oleh kubu konservatif?
Saya juga menunggu........ Kemenangan Hillary atau Obama, keduanya akan mengukir sejarah. Sejarah yang harus dicegah mati-matian oleh Republikan.
No comments:
Post a Comment