Jumpa pers Presiden SBY soal kenaikan harga pangan, pada Minggu sore itu berakhir agak ganjil. Tanpa tanya jawab dan Kepala BIN Syamsir Siregar merapat ke RI 1. Lalu SBY menunjuk kami-kami ini para wartawan.
"Wartawan jangan kemana-mana," kata SBY sebelum menghilang berdua dengan Jusuf Kalla. Kondisi Soeharto yang super kritis sepanjang pagi pastilah menjadi sebabnya. Puluhan wartawan serentak mengangkat ponsel termasuk gue untuk mencari tahu kabar dari RSPP.
Dari ujung telepon temen gue Arry Anggadha menyahut, orang kuat Orde Baru ini lewat............
Hilang sudah kesempatan menuntut hari libur gue hari itu. Per detik momen yang berlalu sungguh berarti. SBY mengucap belasungkawa, ada doa, bendera setengah tiang, hari berkabung nasional. Dari Cendana ribuan orang membanjir, wartawan, pelayat, polisi, tentara, ormas, warga setempat.
Sejarah sedang ditulis sang zaman. Apa yang terjadi hari ini dan beberapa hari mendatang akan diingat semua orang. Sang Patron telah mangkat. Yang sedih banyak, tapi yang gembira juga tidak kalah banyak.....
Kalau gue? Gue ingin duduk manis dengan segelas teh manis panas dan menunggu. Menunggu kemana Allah akan membawa drama ini. Kemana Keluarga Cendana dan kroni akan mencari naungan... Kemana mereka akan sembunyi dari senyum jahil Jaksa Agung Hendarman Supanji dengan surat tagihan perdata Rp 4 triliun. Kemana kisah anak-anak Soeharto berlanjut, Tommy, Bambang, Tutut, Titiek, Mamiek, Sigit.....
So long..... old man! Tapi buat gue ini baru prolognya....
No comments:
Post a Comment