Gue sungguh tidak menduga kalau ujian kesabaran berpuasa, malah datang dari angota tim sendiri di detikTravel. Tapi Selasa kemarin, amarah itu sampai ke ubun-ubun. Gue mendapati berita titipan gue tidak dikerjakan dan detikTravel kehilangan 2 jam prime time yang berharga gara-gara orang yang bertanggung jawab malah bangun kesiangan.
Wow, satu-satu gue omelin sampai jam 14.30 WIB. Ada yang membangkang perintah gue, ada yang bikin kacau kerja tim gara-gara dia terlalu takut bikin keputusan, ada yang sudah berjanji dan melanggar janjinya, ada yang mengambil sikap sendiri tanpa kordinasi kemudian salah.
Semua kekesalan gue tumpah hari itu, sebagai akumulasi kekesalan selama ini. Hari itu berakhir dengan rasa kecewa luar biasa dari gue. Mereka ngelunjak dan menyia-nyiakan semua kemudahan yang gue kasih untuk mereka. Gue ngerasa jerih payah gue, nggak dihargai ama mereka. That's it. No more Mr Nice Guy......
Mba Ine jelang malam hari itu bilang, akan datang hari-hari semacam ini. Waktu dimana gue harus mengembalikan semua ke jalurnya. Kalau nggak, gue sama aja bikin bom waktu untuk masa depan tim.
"Aku sih lihat kelakuan mereka dari tempat gue duduk, Fay. Nggak beres tuh. Suatu saat pasti kamu meledak," kata Mba Ine. Ramalan itu pun terjadi hari itu.
Malam hari lantas gue berpikir, kenapa juga gue harus mengurusi tetek bengek urusan kelakuan anak buah gue? Gue pikir kan yang penting kerjaan mereka beres, urusan bagaimana orang bersikap, tingkah laku pribadi mereka, itu urusan masing-masing, bukan urusan gue.
Tapi rupanya nggak begitu. Attitude, mental, discipline, spirit, behaviour adalah faktor yang datang dari individu, tapi semua saling terkait. Cepat atau lambat hal itu akan mempengaruhi pekerjaan dia. Sekarang mereka bisa bilang, hal itu nggak berpengaruh ama kerjaan. Tapi gue dan Mbak Ine tahu, pengalaman-pengalaman sebelumnya sih pasti kacau.
Barulah gue tersadar, itu kan jawaban dari doa gue sendiri kepada Allah. Ketika gue berdoa minta diberikan tim terbaik, gue lupa dengan sebuah konsekuensi bahwa artinya gue harus mengurusi setiap individunya. Allah rupanya ingin gue belajar menjadi pemimpin dengan peran yang banyak.
Gue jadi redpel, tapi juga harus jadi team manager, mentor, kapten, entah apa lagi. Gue yakin anak buah gue bukan robot, tapi manusia yang punya hati dan otak. Artinya gue mesti ngurusin otak dan hatinya juga.
Dalam game Medieval: Total War, para pemain diberikan ratusan bahkan ribuan pasukan untuk dipimpin oleh puluhan jenderal. Saya tertegun dengan fakta bahwa saya bisa memiliki segelintir pasukan Saracen Infantry yang sanggup melawan ratusan orang pasukan musuh.
Lantas saya membuka data pasukan yang begitu spesial itu. Jenderalnya memiliki 4 bintang, dengan kualitas kinerja pasukan yang mumpuni. Apa yang membuat pasukan ini begitu hebat?Di situ tertulis sebuah dua buah kata: High Moral. Mental juang tinggi...............
No comments:
Post a Comment