Kadang-kadang kita nonton film karena ceritanya atau aktornya. Tapi untuk yang satu ini, gue nonton film karena sutradaranya.
Quentin Tarantino dan Robert Rodriguez. Sebenarnya memang masih banyak sutradara hebat model Steven Spielberg. Tapi gue nonton Tarantino dan Rodriguez untuk karya mereka yang nggak biasa.
Di luar mainstream Hollywood, film-film mereka adalah eksperimen terhadap seni visual itu sendiri. Mereka mengembalikan seni pada dasar sebuah film: gambar.
Filmnya pasti action, brutal, sadis, gangster, gelap. Tapi cara bertuturnya, visualisasi gambarnya, edan.... Yang gue nikmati adalah gambarnya. Skill yang mungkin membuat mereka selalu bisa dapat aktor berkelas model Bruce Willis, Uma Thurman, Antonio Banderas, sampai John Travolta.
Pertama kali tahu waktu nonton Kill Bill Volume 1. Gue pikir ini hanya sebuah film action belaka. Tapi gue bengong waktu si Tarantino bisa mencampur Hollywood, Harajuku ama Anime. Ada adegan animasi Jepang apik di tengah film action. Busyet.....
Kill Bill Volume 2 juga maut. Dia campur tuh film gangster Hollywood ama film silat cina klasik tahun 1970-an. Mantap. Terus, baru gue tahu Pulp Fiction juga edan, tapi gue belum nemu barangnya di tukang DVD langganan gue hehe.
Tarantino filmnya nggak banyak selain dua seri Kill Bill ama Pulp Fiction. Rodriguez lebih banyak lagi filmnya seperti trilogi El Mariachi, Desperado, Once Upon Time in Mexico, ama trilogi film anak-anak Spy Kids.
Tapi gue dapet Sin City, kolaborasi dua orang ini untuk mengadaptasi novel grafik Frank Miller. 3 Maestro kerja bareng. Hasilnya, eksperimen gambar hitam putih selama 2 jam dan cerita noir yang ciamik. Buat yang nggak tahu dua orang gila ini pasti kaget.
Di Sin City, mereka berasyik masyuk bermain dengan angle, tata cahaya, bayangan, dialog, efek visual. Bayangin, mereka cuma main di 5 warna. Hitam, putih, sedikit merah, biru dan kuning. Seperti nonton teater. Tapi ceritanya tetep brutal dan khusus dewasa.
Makanya gue nungguin DVD Grindhouse. Dua orang gila ini kerja bareng lagi dan nggak tahu mereka mau bikin eksperimen apa. Yang jelas Grindhouse mengoplos dua cerita terpisah dalam satu film berdurasi 3 jam. Semacam beli 1 dapat 2. Hmmmm.......
No comments:
Post a Comment