Gue berangkat ke Hongkong, Sabtu 11 Agustus subuh pake Garuda. Di Airport kenalan ama wartawan Republika Mas Priyanto yang juga satu misi ama gue.
Kita diundang Konjen RI untuk Hongkong Ferry Adamhar, mantan Dirjen Perlindungan WNI. Langganan wawancara kalo ada TKI mati, disiksa, dll. Dia diangkat jadi Konjen, jadi dia ngundang Detikcom, Republika ama RCTI eklusif buat lihat kehidupan TKW Hongkong.
Perjalanan 4 jam awalnya lancar dan asyik-asyik aja. Gue dapet tempat duduk window pula, walaupun pas di sayap. Sampai sekitar 30 menit ETA (estimated time of arrival) alias setengah jam sebelum mendarat, pilotnya bilang. "We will have big rain ahead in 10 minutes".
Pemandangan cerah tiba-tiba jadi awan gelap. Kaca jendela gue diterpa hujan dalam kecepatan tinggi. I saw nothing but dark cloud. Busyet ini bukan hujan, badai kali..... Lalu tiba-tiba nyesss, pesawat anjlok beberapa meter ke bawah.
Rasanya 'nikmat', kaya naik Halilintar Dufan. Penumpang jejeritan "Aaaaaargh!" Sekali, dua kali tiga kali anjlok. Nyawa gue kerasa ketinggalan di atas awan. Gue babacaan, istighfar, soalnya sayap pesawat udah menggelepar. Gue kan taunya pesawat terbang dalam badai di film doang.
Pesawat turun terus, tapi nggak keliatan apa-apa di jendela. Mana Hongkongnya? Baru sekitar 100 meter dari tanah baru keliatan laut hijau dan kota Hongkong. "All crew prepare to landing," kata pilot. Ya ampun, laut semua... Landing di Hongkong?? (Tapi emang mau landing di Hongkong hehe).
Tiba-tiba ada landasan dari mana gitu, terus pesawatnya landing.... Selamet..Selamet... Ternyata model bandaranya kayak Ngurah Rai, yang menjorok ke laut. Pas turun dari pesawat gue lihat awan tebel banget dan masih hujan.
Orang Konjen yang jemput kita bilang, "Kemarin barusan ada Topan Pabuk, udah warning banget. Untung nggak terbang kemarin,". Gue pun mengucap syukur. Alhamdulillah.............
BTW ini foto satelit Topan Pabuk di atas Hongkong......
No comments:
Post a Comment