|
Mayong Station - The Front Office |
Usai menikmati Lawang Sewu, Semarang, sore hari awal Oktober itu, mobil kami melesat di jalan tol melewati Ungaran dan akhirnya tiba di Resor MesaStila di Desa Losari, Magelang. Hawa sejuk malam hari
menyapa tatkala kaki ini sampai di depan sebuah stasiun kereta tua
bertuliskan Mayong. Namun di dalam stasiun itu ternyata adalah sebuah front office hotel.
"Ini asli, Mas. Dipindahkan dari Mayong di
Jepara ke Magelang sini," ujar pelayan hotel sambil mengambil tas
backpack saya. MesaStila langsung membuat saya
penasaran malam itu juga. Namun, temaram lampu yang cantik di resor dan
spa ini malah membuat saya makin penasaran.
Pagi harinya,
pemandangan cantik jelita itu terjawab sudah. Bersama embun pagi, jelas
sudah panorama di resor seluas 22 hektar, yang dulu bernama Losari Spa
Retreat and Coffee Plantation ini. Separuh kawasan resor ini adalah
perkebunan kopi yang masih aktif.
|
Telomoyo |
MesaStila memiliki 22 villa
yang merupakan rumah joglo dan limas tua. Asli dipindahkan dari tempat
asalnya ke MesaStila. Luar biasa!
Jari jemari saya menyusuri
lekuk kusen-kusen dan ukiran kayu dari villa yang saya tempati, Telomoyo
namanya. Di kamar ini saya bersama Pak Made dari Kompas. Telomoyo menurut saya adalah relokasi sebuah memori dari masa silam Jawa yang sukses. Bukan
hanya satu, tapi 22 rumah Jawa dan bangunan lain yang dikoleksi
MesaStila dan dialihfungsikan sebagai villa dan bangunan resor lainnya.
"Di
MesaStila, kami ingin menampilkan suasana khas Jawa yang nyaman untuk
semua tamu kita," kata Mbak Sri
Utami dalam obrolan usai makan malam di ruang makan utama MesaStila. Dia ini Direktur Marketing Mesa Hotels and Resorts.
|
The Club House |
Suasana Jawa dan
Kolonial kental terasa di MesaStila. Ini lantaran sebuah bangunan utama
di sebuah bukit kecil yang tampil dominan. Ini adalah club house hotel,
namun aslinya rumah seorang Belanda bernama Gustav Van Der Swan yang
dibangun pada 1928. Gustav adalah pemilik pertama perkebunan kopi di
Losari, Magelang. Rumah Gustav adalah bangunan pertama dan asli yang
berdiri di tempat ini.
Kontur perbukitan di MesaStila, memanjakan
mata dengan pemandangan Gunung Andong, Gunung Merbabu, Gunung Merapi,
dan sederet pegunungan lain. Turun ke lembah dari sisi kiri Club House
ada perkebunan kopi menghampar dengan aneka pepohonan besar sebagai
peneduh. Dalam suasana tenang, hati pun terasa damai.
Selanjutnya,
bersiaplah dimanjakan MesaStila dengan fasilitas kamarnya. Villa-nya
terbagi dalam beberapa kelas yaitu Plantation Villa, Arum Villa dengan
satu kamar tidur, Ambar Villa dengan dua kamar tidur, dan The Bella
Vista yang terdiri dari 5 villa yang terkoneksi. Nah, Bella Vista ini yang mewah banget karena kamar inilah yang pernah dipakai Presiden SBY untuk menginap.
|
The Bella Vista |
"Presiden SBY pernah duduk dibangku itu," kata seorang staf hotel kepada saya menunjuk ke bangku di taman menghadap ke sebuah lembah. Barulah saya sadar itulah pojok yang pernah saya lihat di galeri foto Kantor Kepresidenan. SBY pernah menulis puisi dan naskah pidato di pojok itu.
Semua bangunan
ini adalah rumah Joglo dan Limas tampak antik dari luar, namun modern di
dalam. Masa silam dan masa kini dikawinkan sempurna di MesaStila. Rumah
antik yang dijadikan villa ini memiliki AC, wifi, TV kabel, air panas,
telepon dan aneka fasilitas lain layaknya resor.
Namun suasana
antik dijaga dengan aneka dekorasi ukiran, ornamen Jawa, lemari antik,
bale-bale, bahkan ubinnya tegel khas Jawa zaman baheula. Melihat
pembaringannya, serasa melihat tempat tidur para raja Jawa. Mewah!
"The Bella Vista itu aslinya memang rumah pangeran Jawa di Solo, lho," kata Mbak Tami.
|
Loket Stasiun Kereta Mayong, masih ada! |
Ngomong-ngomong orisinil, Stasiun Kereta Mayong yang jadi kantor Front Office itu saking aslinya, masih ada loket tiketnya. Dahsyat! Unik begitu deh ada front office hotel dengan loket untuk membeli tiket kereta di zaman dulu.
Sebagai
resor berkonsep retreat, MesaStila menawarkan aneka fasilitas untuk
relaksasi dan menenangkan diri. Ada kolam renang dengan pemandangan
gunung dan lembah, serta jalur refleksologi. Ada juga jungle gym,
semacam outbound mini tanpa flying fox.
MesaStila juga menawarkan
aneka kegiatan mulai dari yoga, agrowisata tur ke perkebunan kopi,
berkuda, sampai pencak silat. Kegiatan ini ekslusif untuk mereka yang
menginap ke MesaStila, kecuali tur perkebunan kopi yang dibuka untuk
umum dengan biaya Rp 450.000 ++ per orang termasuk makan siang dan
suvenir kopi asli yang dipanen dari MesaStila.
Untuk kesehatan,
MesaStila punya fasilitas spa dengan jamu dan aneka rempah-rempah. Yang
patut dicoba adalah The Hammam Spa. Ini adalah mandi ala Turki yang
diklaim hanya ada satu-satunya di Asia selain di negeri aslinya. Wow!
|
The Hammam Spa |
Berapa
room rates di MesaStila? Menurut Tami, tersedia beragam paket menginap
menarik mulai dari Experience Losari mulai dari Rp 1.200.000
++/malam/villa di Plantation villa.
"Ada juga beberapa Wellness
Packages yang tersedia seperti Dynamism atau Escapism untuk menginap 2
malam, Executive Recharge atau Destress & Indulgence untuk 3 malam
dan lainnya sesuai dengan kebutuhan dari para tamunya," kata Tami.
Dengan
kemewahan ala Raja Jawa, MesaStila bisa menjadi pilihan buat mereka yang ingin
menyepi dari segala hiruk pikuk kehidupan kota besar. Mencari
ketenangan di tengah perkebunan kopi atau mungkin pasangan yang sedang
berbulan madu, bisa menemukan tempat tetirahnya di MesaStila.
Yang asyik dari MesaStila ini adalah suasananya yang homy banget. Sesi makan adalah saat dimana para tamu bisa mengobrol dengan pengelola hotel. Chef asal Australia bernama Darren, ini orang Australia kesekian bernama demikian yang saya temui, asyik untuk diajak ngobrol karena dia memantau langsung suasana makan.
"What do we have for dinner?" Dan dia dengan senang hati menunjukkan satu-satu masakan yang dia buat.
|
The ambience |
Satu lagi adalah Retreat Manager MesaStila Bryan Hoare, yang merupakan atlet triathlon dan sudah punya tato Iron Man (bukan superhero ya!) sebagai tanda pernah ikut dan juara triathlon. Bryan ini sudah jatuh cinta banget dengan Jawa Tengah.
"Kami
ingin semua orang yang datang ke tempat ini bisa mendapatkan liburan
dengan aktivitas yang positif untuk tubuh dan kesehatan mereka. Tempat
ini memiliki seluruh kecantikan yang ada di Jawa," kata Retreat Manager
MesaStila Bryan Hoare.
Dalam sebuah obrolan dengan Bryan, dia cerita sudah pernah mengurus hotel di Phuket, Maladewa, Malaysia, dan beberapa tempat destinasi top lain. Nah, dia bilang nggak ada tempat di dunia ini dengan masyarakat seperti di Jawa Tengah.
"Di Amerika, orang bilang 'See you again' tetapi setelah itu mereka tidak peduli. Orang Thailand juga bilang 'Sawasdee' tapi tidak ada yang setulus orang Jawa menyapa kamu. Begitu murni hatinya," kata Bryan. Saya setuju, Bryan!
Oh iya, kalau mau lihat versi beritanya
ada di sini