Saturday, January 24, 2009

Catatan Mama Zahra: Zahraku Sakit

Hari Minggu 11 Januari, seharusnya jadi hari keluarga yang menyenangkan. Hari itu juga aku udah janjian sama temen-temen pengajian untuk ke Masjid Indonesia di Perlebergerstrasse, Berlin.

Tadinya sekalian mau ngajak Zahra supaya ikutan TPA bareng anak-anak Indonesia lainnya. Tapi... tiba-tiba Zahra muntah-muntah setelah aku suapin beberapa sendok sup. Awalnya batuk sesekali, trus tiba-tiba aja dia muntahin semuanya.... Haduhh... sia-sia deh makanan yang udah sempet masuk ke lambung dia. Habis ga bersisa. Habis itu Zahra keliatan lemes sekali, gak ceria dan tampak "nakal" seperti biasanya. " Zahra gak mau makan lagi mama.... ga enak", cetus Zahra. Aku coba rayu dengan makan roti dan selai coklat kesukaan dia. Tapi cuma mau setengah lembar roti aja... Ya sudahlah daripada nggak sama sekali.

Makin lama batuknya makin parah... Sepertinya ada dahak yang mengganjal di tenggorokan dia. Untungnya masih ada sedikit sisa obat di lemari, bawaan dari Indonesia. Tinggal sisa 2 sendok teh obat batuk dan flu dan sebotol paracetamol syrup. Kepikiran juga mau ke dokter, tapi baru inget kalo Minggu ga ada yang buka. Malemnya Zahra batuk-batuk dan muntah lagi, padahal perutnya blom diisi apa-apa. Jadilah kami berdua gantian jagain Zahra.

Senin pagi, Zahra sepertinya udah baikan. Papanya nganter Zahra ke KITA (playgroup-red), dan aku ke kampus. Siangnya Zahra dan papanya balik ke rumah. Zahra tampak kelelahan sekali, dan napasnya bunyi "ngikk...ngik.." kaya yang lagi bengek aja nih. Olala.. ternyata Zahra abis diajak jalan-jalan ke taman kota yang jaraknya sangat jauh buat ukuran anak kecil, kira-kira 800 meter sekali jalan, so.. totalnya dia musti jalan kaki 1,6 Km (hihi...matematikanya dipake nih..).

"Kaki Zahra sakit mah... Cape.. Tadi sama Frau Silke diajak jalan ke taman sama temen-temen", kata Zahra. Waduh...beneran nih orang Jerman, ga bisa tahan liat matahari nongol dikit aja, langsung minta jalan-jalan ke luar. Hari itu memang matahari bersinar cukup terang di hari yang dingin saat Winter ini.

Malamnya.. batuk Zahra makin menjadi. Kali ini ditambah demam yang cukup tinggi. Zahra makin rewel aja, nangis terus dan ga bisa tidur nyenyak. So..this gonna be another night for us to stay awake for Zahra. Kita putuskan besok pagi Zahra gak masuk KITA dulu dan dibawa ke Dokter Anak. Tapi.... blom tentu juga bisa dibawa ke Dokter Anak hari itu juga, karena disini kudu bikin janji dulu. Segala jenis jasa Dokter disini ga bisa instant hari itu juga kita datang.. musti reservasi dulu.. gimana kalo ada sakit gawat darurat tengah malem?? Masa kudu janjian dulu.. keburu "lewat" dong pasiennya.. hehehe...

Alhamdulillah paginya pas kita telepon Dokter Cremer, ternyata bisa bikin janji hari itu juga jam 11 pagi (lagi sepi order nih dokter..heheh..). Tapi kita juga masih cemas, apa iya yang dialami Zahra ini bakalan dianggap penyakit. Sebelumnya aku pernah bawa Zahra ke dokter ini juga, karena Zahra sejak awal Winter di bulan November pilek ga sembuh-sembuh... Ada kali 3 minggu itu pilek ga ilang. Tapi gak dikasih obat apa-apa sama dokter, cuma disuruh pulang aja dan kasih pesen minum yang banyak. Coba kalo dokter Indo.. huh.. langsung deh resepnya banyak plus antibiotik si obat andalan.

Sama Dokter Cremer, Zahra dikasih resep satu doang. Sirup Obat Batuk extract daun Thyme.. obat batuk herbal gitu. Walah, ini Jerman kok jadi tradisionil gini ya? Jadi inget iklan obat panas dalem, "Extract Thyme! Ini dipake juga in my country!"

Alhamdulillah kita punya asuransi, kalo nggak mah gak tau deh musti bayar jasa dokternya berapa. Disini kalo biaya jasa yang menggunakan tenaga orang lain harganya mahal luar biasa. Mau pindahan nyewa mobil harganya 110 euro per jam (plg murah), manggil teknisi internet kalo ada masalah koneksi sekali dtg 60 eur0 (dengan kerjanya yang cuma satu menit ajah). Apalagi bayar dokter.. wedehh ga kebayang. Tapi untuk obatnya kita musti bayar, dengan harga Student.. lumayan lah cuma 6,5 Euro.

Hari ini... udah hampir seminggu Zahra sakit. Yang berkurang sih demamnya doang. Batuk dan pileknya masih ada (dan ga dikasi obat pilek lagi..hiks..). Sekarang dia udah bisa tidur lumayan lama, paling-paling kebangun lagi setelah tidur 3-4 jam, karena batuk dan ngeluarin dahak. Suaranya sampe hilang. Aduh...kasian banget Zahraku...lemes banget. Aku sempet mikir, betapa berharganya keceriaan dan 'kenakalan' Zahra selama ini, dibanding melihat kesakitan dan kesedihan dia. Ada rasa menyesal kenapa selalu memarahi Zahra kalo dia suka iseng, berantakin rumah, bandel. Sekarang aku kangen bandel dan cerianya Zahra.

Zahraku sayang... cepet sembuh yaa... jangan sakit lagi. Sekarang giliran mama dan papa yang ketularan sakitnya Zahra, ketika Zahra udah mulai membaik. Tapi gapapa.. yang penting Zahra sehat. Mama kangen Zahra yang makannya banyak, suka nyanyi-nyanyi di depan kaca sambil egal egol pantatnya..hiihihi...We miss your cheerfull Zahra. Get well soon dear...

Memahami Niat Zahra

Siapa yang tidak kesal kalau anak kita bertingkah nyeleneh dan menyusahkan. Bawaannya pengen marah.

Dan kata-kata itu pun keluar begitu saja dari mulut kita. "Bikin berantakan aja!", "Itu kan baru dibersihin!", "Apa-apaan sih!", "Hayo! Kamu bikin ulah apa lagi?", "Bisa diem ngga sih?", "Jangan dimakan! Kotor!".

Sebenarnya apa sih yang ada dipikiran seorang anak, ketika dia berbuat sesuatu yang membuat orang tuanya berkacak pinggang?

Dan kami pun memutuskan untuk bertanya ketika Zahra "berulah" untuk yang kesekian kali. Jadi pada suatu pagi, saat mama dan papanya bekerja dengan laptop dari atas kasur, Zahra datang sambil berlari.

Mukanya berlumuran selai coklat yang berasal dari roti yang semestinya menjadi sarapan dia. Huuuuuh, kenapa lagi ini anak? Tapi sebelum kita memutuskan untuk ngomel, kita tanya dulu tersangka cilik kita ini.

"Zahra, kenapa mukanya dilumuri coklat begitu?"
"Zahra mau lucu Pah!" ujarnya dengan cengir nakal.

Olala, dibalik hasil akhirnya yang kacau balau, Zahra hanya ingin melucu dan mencari perhatian mama dan papa. Untung kami bertanya, kalau tidak kita membuang energi sia-sia dengan mengomeli dia.

Di saat lain mukanya kembali berlumuran..... yoghurt. Yang memang dengan sengaja dia oles ke seluruh mukanya. Dengan resep bertanya, jawabannya ternyata begitu polos.

"Zahra lagi pakai pelembab kaya mama," ujarnya.

Ternyata, kami salah menangkap niat Zahra dan lebih melihatnya sebagai ulah yang berlebih-lebihan. Dan betapa banyak niat polos anak-anak kita, yang sayangnya kita nilai sebagai cari masalah. Karena terkadang hasil akhirnya juga memang berantakan hehehe.

Akhirnya kami memutuskan untuk menilai perbuatan Zahra berdasarkan niatnya. Selama niatnya positif, tidak masalah jika kami harus membereskan barang-barang di rumah berulang kali. Zahra is just a little baby girl.

Thursday, January 1, 2009

Kein Englisch, Bitte

Jerman kayaknya negara dimana penduduknya nggak ada yang iseng-iseng ngomong pake bahasa Inggris. Bukan karena ngga ngerti, tapi kayanya lebih karena nggak mau.

Termasuk pegawai kantor imigrasi yang enggan berbahasa Inggris. Padahal mereka berurusan dengan orang asing yang komunikasinya baru nyambung kalao ngomong Inggris.

Apalagi gue tinggal di kantong imigran di Wedding, Berlin. Orang Turki ada di mana-mana. Tapi imigran sih mending, bisa ngomong Inggris. Tapi ama teman sebangsa setanah air pada ngomong bahasa masing-masing. Yang Turki ngomong Turki, Vietnam ngomong Vietnam, Cina ngomong Cina.

Sampai beberapa kali gue beli produk makanan, termasuk juice apel yang ada gambarnya ini. Saking menghargai multikulturalisme, penjelasan produk makanan dibuat 8 bahasa. Jerman, Prancis, Italia, Portugis, Spanyol, Ceko, Polandia, Russia, Hongaria. Yang nggak ada bahasa Inggris!

Kok bisa? Dari kemungkinan paling besar, bahasa Inggris sebagai bahasa internasional luput dari hitungan. Tapi ya gitu deh, kein englisch bitte. No english please

Perdana...perdana

Ini adalah edisi perdana Laporan dari Jerman. Per tanggal 7 November 2008 resmilah gue menulis dari Berlin.

Sebenarnya pengen nulis feature yang ringan-ringan sebagai awalan, tapi waktu itu bahannya belum lengkap. Di sisi lain KBRI kedatangan Menneg PAN Taufik Effendy.

Jadilah gue liputan hardnews dulu. Mana sebenernya acaranya formalitas gitu doang, ngga nendang banget buat jadi berita.

Jadilah gue otak-atik angle biar menarik dibaca pembaca. Ya akhirnya itu tuh yang jadi judulnya, Mereformasi Birokrat Sampai Isi Kepala.

Sekarang sih udah lumayan banyak berita dan foto-foto liputannya. Topiknya sudah jauh lebih menarikMinimal seminggu satu lah. Silahkan dinikmati: Laporan dari Jerman!