Monday, August 24, 2009

Amsterdam: Melesatlah TGV!

Hari keempat liburan di Brussels, Senin 2 Maret. Kita mau mampir ke Amsterdam. Nanggung udah tinggal sedikit lagi. Lagian hari Senin, Teh Shanti harus kerja juga. Agar tidak mengganggu kita jalan-jalan sendiri aja.

Kita rencananya naek kereta Thalys, perusahaan patungan Belgia, Prancis, Jerman. Kita pesan tiket sebelum datang ke Brussels

Mesin dan gerbongnya diambil dari TGV Prancis, cuma dicat ulang. Yup, ini kereta peluru, man! Desti sih udah pernah naek kereta peluru Jerman. Tapi ini juga pengalaman pertama gue hihihi. Naeknya dari stasiun Bruxelles Midi.

Interiornya enak, nyaman, lega. Ada kompartemen barang. Keretanya punya Wifi buat yang mau internetan. Restorannya juga keren.

Waktu di dalam kota, kecepatannya sih biasa. Begitu udah di pinggir kota mulailah melesat. Wuusssh! Puncak kecepatan Thalys ini 300 km/jam. Pemandangan di luar kereta udah tinggal sekelebatan. Tapi suspensinya empuuuuk maknyuss. Goncangannya minim, masih lebih goyang Cirebon Ekspress.

Sayangnya, jalur Brussels-Amsterdam ini tidak terlalu kuat buat kereta peluru. Jadi kecepatannya ngga bisa sampai 300 km/jam. Sayang banget. Tapi enaknya, Zahra ngga bayar asal ngga ambil bangku. Tapi banyak bangku kosong juga kok, jadi Zahra duduk sendiri aja.

Soal harga tiket, di Eropa orang biasa berburu tiket 3 bulan sebelum berangkat. Bisa dapat harga murah banget, kalau udah deket hari baru mahal. Harga pembukaan Thalys ini cuma 19 Euro atau Rp 285 ribu. Bayangin, kereta peluru harganya sama kaya kereta Argo. 2,5 jam sampe deh kita di Amsterdam Centraal.

Brussels: Bertemu Tintin, Yeeaah!

Yang satu ini tokoh komik favorit gue. Tintin. Wartawan berjambul dari Belgia yang kesohor, hero-nya para wartawan. Jadi sesama kolega, haruslah gue mengunjungi beliau.

Kalau mau mencari Tintin di Brussels, kita pergi ke Centre Belge de la Bande Dessinée atau Belgian Comic Strip Center di Rue de Sables, Brussels. Sederhananya, ini adalah museum komik Brussel.

Semua tokoh komik Belgia ada di sini, dari Lucky Luke sampe Smurf. Wah gue paling seneng deh bisa dateng kesini. Padahal tempatnya ngga di pinggir jalan raya, tapi agak masuk ke dalem.

Kita kesini Minggu sore 1 Maret, setelah sebelumnya dari Grote Markt. Begitu sampe lobi utama, patung Tintin dan foto pengarangnya, Herge, sudah menyambut pengunjung bersama dengan roket Tintin untuk pergi ke Bulan.

Secara Tintin itu paling ngetop, dia punya kavling paling gede di lantai 3. Orang bisa melihat sejarah Tintin, dan kawan-kawan. Sampai ada replika benda-benda penting dalam komik Tintin. Misalnya saja ada Patung Kuping Belah, Tongkat Raja Ottokar dan Cerutu Sang Pharaoh.

Kita juga bisa berfoto dari balik lukisan kakek moyang Kapten Haddock. Yang unik, ubin pecah di tangga museum pun diberi tanda dengan gambar Kapten Haddock terpeleset. Gue bisa ngejelasin ke Zahra tentang Tintin.

"Zahra, dulu Nin Ratti suka bacain komik Tintin untuk Papa. Terus Papa udah gede jadi wartawan deh hehehe," Zahranya manggut-manggut.

Di museum ini, juga ada bioskopnya. Anak-anak bisa lihat film Smurf. Ada juga toko komik dan merchandise, tapi mahal banget bow! Tapi Alhamdulillah, kesampaian juga ketemu Tintin.

Brussels: Maneken Piss

Masih di hari ketiga di Brussels, Minggu 1 Maret. Salah satu tujuan utama kita di Brussels adalah harus bisa lihat Manneken Piss. Patung anak kecil pipis ini sudah sangat mendunia. Harus lah kita kesini.

Jadi setelah pagi kita ke Atomium, makan ayam di Hector, Teh Shanti anter kita ke Grote Markt, di kawasan kota tua Brussels. Sekalian beli batere. Tapi tempat patungnya Teh Shanti agak-agak lupa. Jadilah kita menyusuri jalan-jalan sempit di barat daya alun-alun Grote Markt. Jadi, jangan bayangkan ini adalah patung di tengah kolam air mancur yang luas.

Di pojok pertemuan jalan Rue de Chene dan Rue de l'Etuve ada sebuah kolam kecil. Di atasnya ada patung perunggu berbentuk anak kecil lagi pipis. Patungnya cuma setinggi 61 cm doang. Mungil bukan?

Kesan pertamanya.... Gini doang neh? Ya ampun, bener-bener imut banget, hehehe. Tapi walaupun kecil, banyak banget turis yang datang kesini. Mau foto aja mesti gantian. Jadilah kita nunggu turis laen dulu buat foto ama patung Manneken Pis.

Patung bocah pipis ini sejarahnya adalah karya Jerome Duquesnoy pada 1619. Ini untuk menggantikan patung aslinya dari batu yang sudah ada sejak 1388, namun hilang dicuri. Legendanya juga macem-macem.

Ada yang bilang patung ini adalah anak bangsawan yang hilang dan akhirnya ditemukan sedang pipis di sudut jalan. Ada juga legenda yang mengatakan ini adalah anak kecil yang mengencingi bahan peledak yang akan menghancurkan Brussel di abad 14. Kalau kata Ulrik, dia bilang dulu Raja Belgia membawa anak yang diminta pipis di depan Raja Prancis sebagai bentuk penolakan Belgia untuk berunding dengan Prancis.

Nah ternyata, Manneken Pis ini punya pasangan, namanya Jeanneke Pis. Patung perempuan pipis, tapi sebenernya dibikin untuk lucu-lucuan doang. Nyari patung ini lebih susah lagi. Di ujung gang buntu Fidelite dan harus ngelewatin resto yang pelayannya berebutan calon konsumen gitu.

Setelah lolos dari jerat para pelayan restoran, sampe deh kita ke depan patung anak perempuan berkepang pipis sambil jongkok. Ngga sopan banget pipisnya... Tapi suasananya kontras, Jeanneke Pis mah sepi, ngga banyak turis yang tahu.

Oh iya, satu lagi. Sebelah Manneken Pis ada toko wafel Belgia. Besonders lecker!

Friday, August 14, 2009

Brussels: Atomium yang Futuritis

Di hari ketiga di Brussels, Minggu 1 Maret, kita pengen jalan agak jauh. Jadi Teh Shanti bawa kita ke pinggir kota buat liat Menara Atomium yang unik. Pagi ini juga terasa hangat, enak buat jalan-jalan.

Mama waktu seumuran gue, pernah kesini waktu kuliah di Prancis. Atomium itu ada di luar kota, tepatnya di kawasan Heysel Park, arena pekan raya semacam PRJ di Kemayoran.

Begitu keluar stasiun menaranya udah keliatan. 9 Bola baja raksasa disusun membentuk struktur inti sebuah kristal. Futuristis banget. Menara Atomium menjadi salah satu ikon Brussels, selain Manneken Piss.


Atomium itu ternyata kenang-kenangan Pekan Raya Brussel Expo 1958. Andre Waterkeyn merancang menara Atomium karena pada masa itu teknologi atom dianggap sebagai teknologi yang paling mumpuni.
Yang keren adalah, semua bola raksasa ini bisa tegak berdiri hanya bertumpu pada satu bola utama saja ditambah 3 tiang penunjang.

Kita mesti jalan 500 meter dari stasiun ke Atomium. Tapi dari jauh aja boleh metalnya udah berkilauan. Jadilah kita foto-foto depan Atomium dari kejauhan. Maklum, Atomium tingginya 102 meter, bola raksasanya berdiameter 18 meter. Lumayan terlihat dari jauh.

Lagi enak-enak berfoto, eh mulai deh bencana. Batere kamera habis dan gue ngga punya cadangan. Ya udah deh pinjem kamera Teh Shanti, tapi jadi ngga foto-foto.
Kita juga ngga masuk ke dalam soalnya bayar hehe. Kita kan turis paket serba hemat.

Di dekat Atomium juga ada Mini Europa, miniatur bangunan di Eropa. Sayangnya baru buka lagi menjelang musim panas. Ya sudahlah kita menuju tujuan jalan-jalan selanjutnya. Dan teuteup, makan siang di Hector.

Brussels: Wow! Serunya Parade Komik

Setelah puas di Jubel Parc, Teh Shanti ngajak kita makan ayam goreng Hector di daerah Plas de Broukere. Tanpa kita tahu sebuah kejutan besar menanti kita.

P
as sampai sana, kok jalanan di blokir seperti mau ada parade. Bertebaran spanduk "BD Comic Strip Brussels 2009". Oalah rupanya Sabtu 28 Februari alias hari ini, ada parade tokoh komik tahunan yang terkenal di Brussels!

Belgia kan memang terkenal dengan berbagai komiknya yang mendunia mulai dari Tintin sampai Smurf. Dan waktunya jam 14.00. Masih cukup waktu buat mengisi perut. Perut kenyang, kita segera bersiap di pinggir jalan, bersama ribuan orang Brussels lainnya.

Jam 14.00 parade pun dimulai. Balon pertama yang lewat adalah Manneken Piss, anak kecil pipis yang menjadi maskot Brussel. Setiap balon tingginya 10-20 meter tergantung karakter komiknya. Semua orang tepuk tangan. Apalagi mereka yang membawa anak-anak, mata mereka berbinar melihat balon-balon berukuran super besar. Zahra udah amaze banget lihat balon raksasa gitu.

Menyusul di belakang Manneken Piss ada beraneka karakter tokoh komik lain seperti Cat in the Hat, Spirou dan Fantasio, serta Dalton bersaudara yang menjadi musuh koboi Lucky Luke.


Yang datang agak belakang adalah keluarga Smurf, liliput lucu karya kartunis Peyo. Yang pertama tentu saja Papa Smurf. Dengan brewok putih dan topi
merah, Smurf yang berkulit biru ini melayang di antara gedung-gedung. Di belakang Papa Smurf, tentu saja Smurf muda yang bertopi putih.

Cuma sayang banget, ngga ada Tintin dalam arak-arakan. Wartawan berjambul ini kan karakter komik Belgia yang paling mendunia. Tapi ngga apa-apa deh, ini pengalaman pertama kita melihat parade balon helium. Di Indonesia ngga ada hehehe. Kita pun menghabiskan sore dengan melihat Istana Raja Belgia. Ini foto Zahra lagi gaya di depan Istana Raja Belgia.

Kalo yang bawah video sekilas suasana parade. Enjoy! Pertama kali coba uplod viedo nih. Berat juga...

Thursday, August 13, 2009

Brussels: Jubel Park

Maaf, lama banget ngga nge-blog. Aktifitas datang silih berganti (bilang aja kursus tiap hari selama 6 bulan hehe). Nyambung waktu liburan ke Brussels hari kedua nih, Sabtu 28 Februari.

Kita bilang ama Teh Shanti mau keliling Brussels lihat taman kota dsb. Teh Shanti bawa kita ke monumen nasionalnya Brussels. Kalau Jakarta punya Monas, Belgia punya
Arcade du Cinquantenaire di taman Parc du Cinquantenaire atau disebut juga Jubelpark.

Ceritanya ini monumen untuk perayaan 50 tahun kemerdekaan Kerajaan Belgia dari Prancis. Bentuknya gerbang bergaya neo klasik.
2 bangunan di sampingnya jadi museum gitu. Di awal Maret gini hawanya enak banget, pas lagi ada matahari musim semi, rumput-rumput keliatan hijau segar, pepohonan juga mulai bertunas.

Zahra seneng banget bisa lari-larian di tempat luas bgt. Buat gue dan Desti yang asyik itu ada orang jualan Wafel, pancake khas Belgia pake mobil van gitu. Gila rasanya enaaaaak banget. Seru deh, pagi-pagi sejuk, menikmati matahari pagi sambil makan wafel panas. Yang jelek cuma coret-coret Neo Nazi di pojok taman ngejekin orang Pakistan. Tapi overall ini keren banget.

Puas di taman kita nyeberang jalan sedikit dan jalan satu blok. Di situ ada gedung gede banget seberang-seberangan. Itulah gedung Parlemen Eropa. Mmmm, tapi kalau kata gue sih kurang megah untuk sebuah gedung DPR se-Uni Eropa. Tapi di Berlin juga ada gedung Komisi Eropa juga gitu doang sih bentuknya, kecil.

Nggak kerasa lapar karena udah siang, kita pengen cari makan dong. Teh Shanti ngajakin kita ke Hector, ayam goreng paling enak di Brussel. Tapi ada kejutan lain menunggu kita. Mau tahu? Tunggu di tulisan sambungannya...

Saturday, March 28, 2009

Brussels: Arrival

Liburan ke Brussels, Belgia, pada akhir Februari kemarin adalah liburan yang sudah jauh-jauh hari kita rancang. Tepatnya sejak Desember. Idenya adalah liburan ke rumah Teteh Shanti dan jalan-jalan di Brussels.

Kita rancang jauh-jauh hari biar semua serba siap, maklum bawa Zahra yang baru tiga tahun. Kalau ngga ada anak, kita sih pasti akan liburan gaya backpacker dengan tas ransel tinggi menjulang di punggung kita. Serba murah serba hemat, yang penting jalan-jalan.

Berangkat ke Brussels itu hari Jumat 27 Februari sore, pake EasyJet, pesawat murah model Air Asia. Namanya pesawat murah, ngga boleh bawa koper gede, kalau bawa bayar mahal banget. Kami beli dua sport bag, itu tuh... tas selempang yang biasa dibawa buat perlengkapan olahraga. Buat bawa bola basket, raket atau sepatu.

Desti bikin cheese burger yang enak banget buat bekel di jalan. Lepas dzuhur, kita berangkat ke Bandara Schonefeld pake kereta S-Bahn. Kita berangkat sangat awal biar ngga buru-buru, padahal pesawat baru take off jam 16 sore. Check in juga lancar, tas sport bag kita lolos uji layak bawa. Patokannya asal muat dimasukin di kotak standar kabin.

Zahra sangat-sangat senang menunggu berangkat sambil lihat-lihat pesawat parkir. Kita dapat status penumpang khusus karena bawa anak kecil, jadi boleh naik pesawat duluan. Selain yang bawa anak, orang cacat ama manula juga dapat status khusus.

Pesawat kita Airbus yang kecil, bangkunya satu baris ada tiga di kiri dan tiga di kanan. Tapi bangkunya ngga bisa direbahkan, mungkin biar penumpangnya bisa muat banyak. Jadinya kita duduk setengah tegak. Kalau Zahra mah biasa, begitu take off langsung tidurrrrr.

Perjalanan cuma sejam, sama aja kayak Jakarta-Bali. Terus sampe deh kita di Brussels International Airport. Asli bandaranya gede banget. Berlin mah bandaranya cuma level Halim atau Ngurah Rai hehehehe. Ya... namanya juga Brussels ibukota Uni Eropa. Maklum lah kalau bandaranya besar.

Cuma ya itu, mau keluar aja jauh bener. Padahal Teh Shanti udah SMS nunggu kita di luar. Akhirnya kita ketemu Teh Shanti. Terus lanjut ke kota pake kereta api. Ternyata kereta yang datang, mirip sama kereta bisnis punya PTKA di Indonesia. Ternyata, Jerman lebih maju dari Belgia hehehe. Perjalanan dari bandara ke kota serasa naek Cirebon Ekspress.

Kita turun di stasiun Brussels Nord. Suasananya terus terang ngga serapi Berlin Hauptbahnhof. Udah pasang mata cari brosur peta gratisan tapi ngga kelihatan. Petunjuk arah pun tidak jelas-jelas amat. Walhasil kita yang nyari halte bus malah nyasar ke peron Metro (subway).

Setelah berhasil nemu halte bus, terus naek bis kota sampe jalan Leopold II daerah Sint Jan Molenbeek. Wah rumah Teh Shanti itu strategis banget, pinggir jalan raya dan dekat halte bis dan Metro.

Hari pertama ini kita baru bener-bener melepas lelah dulu. Kita makan malem rame-rame bareng Teh Shanti dan Ulrik yang sayangnya lagi sakit flu. Besok hari Sabtu baru kita mau jalan-jalan keliling kota.

Saturday, March 7, 2009

Khas Indonesia, Merek Belanda

Bukan cuma batik dan lagu Rasa Sayange saja yang diklaim Malaysia. Ternyata sejumlah sambal khas Indonesia sudah menjadi merek dagang dari Belanda.

Di banyak supermarket di Berlin, Jerman, misalnya, terutama toko-toko yang menjual berbagai bumbu khas Asia, sambal-sambal Indonesia buatan Belanda mudah ditemui. Letaknya pun bersebelahan dengan sambal-sambal asli Indonesi produksi sebuah perusahaan makanan nasional.

Saat berbelanja di sebuah toko Asia di kawasan Wedding, Berlin, Kamis (29/1/2009) mata saya tertuju pada sederetan toples seukuran toples selai. Nama-nama sambal khas Indonesia tertulis di situ. Sambal Badjak, Sambal Oelek, Sambal Trassi. Lho lho lho? Kok pakai ejaan Indonesia tempo doeloe ya?

Rupanya ini memang sambal-sambal buatan Londo. Nama-nama produknya sudah menjadi merek dagang Negeri Kincir Angin itu. Sambal-sambal ini diproduksi antara lain oleh Koningvogel Riswijk Holland dan Wind Mill Oriental Food. Selain itu masih ada Ketjap Manis produksi Go Tan.

Bukan salah Belanda kalau bumbu khas Indonesia ini menjadi merek dagang mereka. Karena di dalam negeri, sambal-sambal ini memang tidak ada hak patennya. Sambal dan kecap Belanda ini juga menyusul tempe yang sudah diproduksi sendiri oleh Jerman.

Minimnya kesadaran atas hak akan kekayaan intelektual (Haki), harus menjadi kepedulian bersama. Kalau tidak akan lebih banyak lagi produk budaya nasional yang akan diklaim atau diproduksi oleh bangsa lain.

Tempe: Di Indonesia Murah, di Jerman Mewah

Lain padang, lain belalang. Semua bisa terbalik kalau membandingkan negeri sendiri dan negeri orang. Tempe boleh murah di Indonesia. Tapi di Jerman, harganya semahal daging ayam.

Di kota Berlin, Jerman, yang sangat multikultur, mencari makanan Asia bukan perkara sulit. Misalnya saja di kawasan Wedding, yang merupakan salah satu kantung daerah imigran yang didominasi berbagai bangsa di Asia.

Toko-toko Turki dan Asia lainnya menjual berbagai bahan makanan sehari-hari yang serupa dengan yang biasa para imigran kenal di kampung halamannya. Ini obat kangen untuk mereka.

Toko Vinh Loi di Seestrasse, adalah toko yang tiap hari ramai kedatangan pembeli. Mereka kebanyakan orang Asia yang mencari cabai keriting, bayam, sampai kacang panjang. Selain itu banyak juga orang Jerman yang gemar berburu makanan Asia.

Tempe pun dijual di toko milik orang Vietnam ini. Namun jangan bayangkan harga tempe semurah di Indonesia. Satu tempe ukuran batu bata 400gr dibandrol 1,79 Euro atau setara Rp 28.319. Harga tempe di Jerman juga nyaris sama dengan sekilo paha ayam yang dibandrol 1,99 Euro.

Wuih, tentu saja beda jauh dengan harga tempe di Indonesia. Namun kalau sudah kangen, tetap dibeli juga.

“Habis mau bagaimana lagi, kangen mau masak kering tempe,” kata Fitriani (27) mahasiswi Indonesia di Berlin kepada detikcom, Rabu (28/1/2009).

Impor adalah salah satu faktor kenapa bahan makanan Asia harganya lebih mahal. Namun ternyata, tempe di Jerman tidak diimpor dari Indonesia. Jerman sudah membuat sendiri tempe mereka dengan nama yang sama: Tempe.

Tempe dibuat oleh perusahan lokal Jerman yaitu Natural Vegetarian Food b.v. Rupanya, hari ini bukan batik khas Indonesia saja yang sudah diproduksi oleh perusahaan tekstil lokal di Cina.

'Cinta Setaman' Buka Festival Film di Berlin

Film-film Indonesia menjadi tema utama Asian Hot Shot Film Festival Berlin 2009 di Jerman. Sutradara Harry Dagoe pun bangga film 'Cinta Setaman' menjadi pembuka festival.

Festival film tahunan ini memang mengangkat film-film dan video seni dari benua Asia. Tahun ini, fokusnya adalah film-film Indonesia. Ada 11 film Indonesia ditambah film-film Asia lainnya yang diputar di sejumlah bioskop di Berlin pada 13-18 Januari 2009.

Sutradara Harry Dagoe yang hadir dalam pembukaan festival tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya. Film 'Cinta Setaman' akan menjadi film pembuka festival.

“Seneng banget, ini jadi world premiere buat Cinta Setaman. Festival ini ramai banget lho, melihat film Asia dengan semangat independen,” ucap Harry dalam wawancara eksklusif saat di bioskop Babylon, Rosa Luxemburg Strasse, Berlin, Selasa (13/1/2009) malam.

Menurut Harry, industri film nasional tengah berkembang pesat selama 2008 dengan produksi sekitar 90 judul film. Kebangkitan film nasional ini menarik perhatian insan seni Eropa.

“Mereka begitu antusias menjadikan Indonesia sebagai fokus (festival-red). Kita harus merespons positif,” imbuhnya.

Menurut Harry, selain dirinya, Riri Riza dan Mira Lesmana juga akan menyusul datang ke Berlin. Film-film mereka memang akan diputar di festival ini.

Mengenai pilihan panitia menjadikan 'Cinta Setaman' sebagai pembuka festival, Harry menjawab dengan rendah hati. Menurutnya, delapan cerita yang beragam dalam 'Cinta Setaman' hanya mencoba memotret masyarakat yang merasakan cinta dalam hidupnya.

“Mungkin panitia melihat ini sebagai representasi keanekaragaman masyarakat Indonesia,” tutur Harry.

Film-film Indonesia yang berunjuk gigi di festival ini adalah 'Cinta Setaman', 'Quickie Express', 'Garasi', 'Eliana Eliana', 'Kuldesak', 'Mereka Bilang Saya Monyet', 'Koper', 'Claudia/Jasmine', 'Rainmaker', dan dua film laga klasik dari aktor laga Barry Prima.

Lautan Massa di Berlin Kutuk Aksi Israel

Invasi Israel ke Palestina mendapat protes keras dari seluruh dunia tidak terkecuali di Berlin, Jerman. Lautan manusia memenuhi kawasan Postdamer Platz, Berlin meminta Israel hengkang dari jalur Gaza.

Aksi protes di Berlin, Sabtu (3/1/2008), melibatkan sekitar 2.500 orang. Massa melakukan long march dari monumen Brandenburger Tor menuju Postdamer Platz. Peserta aksi kebanyakan adalah umat muslim yang tinggal di Berlin.

Demonstran berbaris memanjang sampai 500 meter. Gema takbir dan syahadat membahana di sepanjang jalan. Massa membawa spanduk berbahasa Jerman yang antara lain bertuliskan “Stop Das Massaker in Gaza (Stop Pembantaian di Gaza)”, “Freit 1,5 Millionen Menschen in Gaza (Bebaskan 1,5 Juta Orang di Gaza). Massa juga membawa bendera antara lain Palestina, Irak, dan Lebanon.

“Israel bombardiert, Palaestina gespeichert! (Bom Israel, Selamatkan Palestina!),“ teriak salah seorang orator dari mobil sound system dan diikuti yel-yel oleh ribuan massa.

Setiap sekitar 50 meter barisan massa, ada satu mobil bak berisi sound system. Perempuan dan anak-anak pun ikut dalam aksi ini. Mereka berada di tengah-tengah barisan dewasa. Aksi ini pun mendapat perhatian berbagai media massa.

Jalur long march sebelumnya sudah disterilkan polisi. Ratusan polisi berjaga mengawal aksi yang berlangsung sejak pukul 14.30 waktu Berlin. Cuaca bersalju dengan suhu -3 derajat Celcius tidak menyurutkan langkah mereka mendukung rakyat Palestina.

Magrib pun tiba, namun aksi terus berlanjut. Long march pun berujung di Postdamer Platz. Baik monumen Brandenburger Tor dan Postdamer Platz memiliki makna politik yang penting. Brandenburger Tor adalah pusat aksi massa saat tembok Berlin diruntuhkan.

Sedangkan di Postdamer Platz terletak sisa tembok Berlin yang dijadikan bukti sejarah. Massa ingin menyampaikan pesan, tembok pemisah di Berlin sudah dihancurkan dan tembok pemisah di Gaza juga harus dihancurkan.

Kawasan Postdamer Platz merupakan daerah bisnis seperti kawasan Sudirman-Thamrin di Jakarta. Lautan massa memenuhi kawasan ini seperti layaknya massa memenuhi Bundaran HI di Jakarta demo kecam Israel.

Di Postdamer Platz, aksi dilanjutkan dengan orasi meminta Kanselir Jerman Angela Merkel bersikap tegas atas aksi Israel. Sekitar pukul 18.00 waktu Berlin, massa berangsur-angsur membubarkan diri.

Behind the story:
Rencana demonstrasi di Berlin, gue sambut antusias sejak melihat poster aksi di Toko Turki langganan kita. Sudah lama sekali nggak meliput demonstrasi, jadi kangen dengan suasananya.

Foto yang pertama ada gue ikut demo bareng orang-orang. Gue sebelah kanan yang pegang foto Arafat. Cuma sebelnya ada satu foto gue yang ngga dinaikin ama redaktur foto. Entah kenapa. Padahal keren banget sih kata gue. Gue dapet foto kakek-kakek salat magrib di atas salju. Ya sudahlah buat pembaca blog aja.

Gebyar Tahun Baru di Berlin

Malam pergantian tahun menuju 2009 dirayakan begitu meriah di berbagai belahan dunia, tidak terkecuali di Berlin, Jerman. Pesta tahun baru besar-besaran digelar, dan diklaim yang terbesar di Eropa.

Seperti layaknya kota-kota besar dunia lainnya, pusat perayaan tahun baru digelar di monumen atau gedung landmark kota. Di Berlin Kamis (1/1/2009), perayaan itu dilakukan di depan monumen Brandenburger Tor yang menjadi simbol terpisahnya Jerman Barat dan Timur.

Perayaan tahun baru ini memakan area seluas 80 ribu meter persegi dari monumen Brandenburger Tor memanjang sampai taman kota Tiergarten yang luas. Sekitar 1 juta warga Berlin dan kota lain, tumpah ruah di sini.

Masyarakat berduyun-duyun datang dari segala penjuru. Area acara sudah disterilkan dari kendaraan sejak sore hari. Monumen Brandenburger Tor dan taman Tiergarten sudah dipasangi pagar kawat. Mereka yang ingin merayakan tahun baru harus masuk dari arah Tiergarten.

Suasana di sekitarnya penuh dengan orang-orang yang bermain petasan dan kembang api sambil menunggu puncak acara. Bau mercon yang pekat bercampur dengan bau bir dari botol-botol yang berpecahan di jalanan. Suhu minus 7 derajat Celcius tidak menghalangi pengunjung untuk datang. Zahra sudah menggigil kedinginan di balik selimut.

Di depan monumen, dipasang panggung hiburan musik dan layar raksasa, lampu sorot, dan permainan laser. Suara hinggar bingar terdengar memekakan telinga. Para artis dan band ternama Jerman bergantian menyanyi menghibur pengunjung.

Pengamanan polisi pun luar biasa ketatnya. Selain mobil dan helikopter yang berpatroli, ratusan aparat pun berjaga di setiap sudut. Sejumlah orang beradu mulut dengan polisi karena memaksa masuk dari samping monumen yang sudah dipasangi pagar kawat.

Di pintu masuk resmi di Tiergarten pun pengamanan tidak kalah ketatnya. Semua pengunjung digeledah sebelum memasuki area perayaan tahun baru. Semua tas harus dibuka sambil disorot senter.

"Kein bier! Kein bier! (Tidak boleh ada bir-red)," tegas para polisi ini berulang-ulang.

Mereka yang terlanjur membawa botol-botol bir tampak kecewa. Hanya minuman ringan dan air mineral yang boleh dibawa ke dalam area. Bujuk rayu pun percuma. Selain bir, petasan dan kembang api juga tidak boleh dibawa. Pengunjung pun memilih menghabiskan bir mereka dan bermain petasan sampai habis sebelum masuk ke dalam.

Saat yang ditunggu-tunggu pun tiba, ramai-ramai menghitung mundur. Para artis dan DJ memberi komando dari panggung musik. Tepat pukul 00.00 waktu setempat, pesta kembang api pun dimulai. Sorak sorai membahana. Beraneka jenis kembang api menghiasi langit dengan semarak menyambut datangnya tahun 2009.

Bedanya dengan perayaan tahun baru di Indonesia, di Jerman tidak ada kebiasaan konvoi motor atau mobil keliling kota. Bubar acara, para pengunjung pun pulang berjalan kaki menuju stasiun kereta atau subway dan halte bus terdekat. Sebagian pulang ke rumah atau melanjutkan pesta di tempat lain.

Membeli Granat di Toko Turki

Imigran Turki di Jerman banyak yang mencari nafkah dengan membuka toko sembako. Yang dijual pun bermacam-macam, dari daging halal sampai ‘granat’. Lho?

Granat ini tentu saja bukan sejenis bahan peledak. Namun granat ini adalah sejenis buah yang memang dijual di toko Turki. Nama lengkapnya adalah Granat Apfel alias buah Apel Granat. Yang disebut Granat Apfel ini, di Indonesia adalah buah Delima. Namun ukurannya memang jumbo sehingga bentuknya mirip granat.

Saat kami mengunjungi sebuah toko Turki di daerah Weding, Berlin, Sabtu (27/12/2008), tulisan ‘Granat’ besar-besar menarik perhatian mata. Granat yang satu ini dijual dengan harga 3,49 Euro perkilo atau sekitar Rp 55.000.

Toko Turki, sudah menjadi bagian dari keseharian hidup masyarakat di Jerman yang multikultur. Toko ini menjual beraneka jenis sayur dan buah lokal, ditambah beraneka produk makanan Mediterania dan Timur Tengah. Sebut saja aneka kurma, kacang-kacangan, madu, yoghurt dan keju kambing.

Namun bagi umat Islam di Jerman, toko Turki adalah tempatnya mencari bahan makanan yang dijamin halal. Tidak perlu ragu lagi membeli beraneka produk daging mulai dari sapi, kambing atau ayam. Semua disembelih sesuai syariat Islam. Sertifikat halal pun wajib dipajang di tempat penjualan daging di setiap toko Turki.

Selain itu, makanan halal di Jerman tidak hanya bisa dicari di toko Turki. Kios-kios kebab atau rumah makan Timur Tengah adalah tempat makan yang juga dijamin kehalalannya.

Gemerlap Pasar Malam Natal

Kemeriahan menyambut Natal begitu terasa di Eropa. Di Jerman, tradisi menyambut Natal terasa lengkap dengan kehadiran pasar malam natal yang disebut Weihnachtsmarkt.

Weihnachtsmarkt digelar di berbagai kota di Jerman. Di Berlin saja, ada lebih dari 20 tempat yang menyelenggarakan pasar malam tahunan ini. Weihnachtsmarkt sudah mulai diselengarakan sejak awal Desember sampai saat perayaan natal nanti.

Dari sekian banyak Weihnachtsmarkt, kami memilih Weihnachtsmarkt di Alexanderplatz, Berlin, Minggu (21/12/2008). Ini adalah sebuah alun-alun besar di dekat menara TV Berlin Fernsehturm, bangunan paling tinggi di Berlin.

Begitu turun dari stasiun kereta Alexanderplatz, wahana kincir raksasa dan lampu-lampunya yang meriah sudah langsung terlihat dari kejauhan. Pohon natal besar menyambut pengunjung di pintu masuk area pasar malam. Weihnachtsmarkt setiap hari biasanya dibuka sejak siang sampai malam hari.

Hawa dingin yang menusuk kulit tidak menghalangi warga untuk berkunjung ke pasar malam. Sebab setiap pasar malam menghadirkan berbagai macam stand yang bisa dinikmati seluruh keluarga.

Di Weihnachtsmarkt Alexanderplatz, ada puluhan stand penjual makanan seperti buah-buahan berlapis coklat, roti-roti, steak, dan sosis panggang, dan tentu saja kue-kue natal. Yang ingin membeli cinderamata bisa mengunjungi penjual kristal, keramik, pajangan kayu, dan tentu saja aksesoris natal. Tidak lupa juga deretan kedai kedai bir yang penuh dengan pengunjung.

Minuman khas yang dijual di kedai bir pasar malam natal ini adalah Gluehwein. Gluehwein adalah anggur yang diberi rempah-rempah. Biasanya terbuat dari Red Wine atau bisa juga dibuat dari Rum, Brandy atau Vodka. Yang membuat khas adalah citarasa rempah-rempah campurannya, ada kayu manis, cengkeh, lemon, dan gula. Ramuan ini dirasa tepat untuk menghangatkan badan.

Untuk hiburannya, ada beberapa wahana yang bisa dinikmati seluruh keluarga. Anak-anak bisa menunggang kuda poni atau naik komidi putar. Ada juga tempat untuk bermain ice skating. Tapi yang menarik perhatian tentu saja kincir raksasa. Satu gondola bisa diisi sekeluarga. Kincir raksasa adalah wahana yang biasanya tersedia di setiap pasar malam.

Keramaian pasar malam natal lebih lengkap lagi dengan kehadiran Sinterklas yang di Jerman disebut Nikolaus. Nikolaus kerap berkililing di pasar malam menyapa anak-anak. Di Alexanderplatz, sang sinterklas memiliki pertunjukan akrobat meluncur dengan kereta salju yang dipasangi roket, tentunya sambil digantung dengan kabel.

Lagu-lagu natal atau Christmas Carol juga mewarnai berbagai sudut pasar malam. Para pemain band, akordeon, atau kelompok paduan suara, bermain musik dan bernyanyi lagu-lagu natal bergantian. Semua terasa begitu meriah dan semarak. Rasa suka cita yang juga dinikmati berbagai umat Kristiani di dunia yang merayakan Natal tahun ini.

Sisa Kemegahan Prussia di Istana Sanssouci

Jauh sebelum menjadi negara demokrasi modern, Jerman adalah Kerajaan Prussia. Jejaknya masih terawat rapi dalam sebuah istana bak negeri dongeng di Sanssouci.

Istana Sanssouci berada di kota kecil Postdam, hanya 45 menit dengan kereta api dari Berlin, Jerman. Sanssouci disebut megah karena bukan sekadar istana, melainkan kompleks istana.

Luasnya 500 hektar dan mencakup 150 bangunan besar dan kecil serta taman-taman istana. Wajar saja kalau Sanssouci disebut sebagai rival berat Istana Versailles di Prancis.

Istana Sanssouci megah berdiri pada 1747 setelah dibangun selama dua tahun atas perintah Raja Frederick II der Grosse (The Great). Sanssouci dalam bahasa Prancis artinya 'tanpa peduli'. Ini adalah filosofi dasar istana musim panas yang menjadi tempat sang raja mengasingkan diri dari hiruk pikuk pemerintahan.

Filsuf terkenal Voltaire, juga dulu tinggal di istana ini. Istana dan bangunan lain dibangun bertahap walaupun berganti raja, sampai tahun 1916.

Saat kami mengunjungi Sanssouci, Minggu 30 November 2008 lalu kemegahan ini langsung terasa di hadapan istana. Istana ini dibangun di atas sebuah bukit. Deretan anak tangga panjang menghampar dari sebuah kolam besar menuju istana. Di kanan dan kiri tangganya, teras-teras pohon anggur saling undak berundak.

Para turis diatur agar masuk dari taman samping istana utama. Kemudian mereka bisa membeli tiket 19 Euro untuk masuk ke semua istana yang ada. Tapi kalau mau gratis, berjalan-jalan saja menikmati taman yang indah dan melihat istana dari luarnya saja.

Namun memasuki musim dingin, banyak patung-patung di taman yang sudah dibungkus plastik atau ditutup kayu agar tidak rusak.

Taman istana ini luar biasa besarnya dengan rentang 2 kilometer. Dari istana utama Sanssouci, jalan di taman istana ini akan menghubungkan pengunjung dengan berbagai istana lain dari dinasti Hohenzollern ini.

Masih ada Istana Neue (New Palace), Istana Charlottenhof, Istana Orangerie dan berbagai bangunan seperti galeri lukisan dan kincir angin. Namun yang unik adalah sebuah bangunan tempat raja minum teh, namanya Chinesische Haus (Chinese House). Jika bangunan lain bergaya Baroque dan Rococco khas istana Eropa, maka Chinesische Haus diilhami arsitektur istana di Cina.

Sebuah tempat dupa besar berdiri di depan bangunan ini. Namun tidak ada warna merah khas Cina melainkan warna hijau dan emas. Patung-patung orang Cina lebih mirip kostum penyihir dengan topi-topi runcing. Rupanya dahulu, beginilah persepsi bangsa Jerman terhadap bangsa Cina.

Walaupun terletak jauh di Jerman, Istana Sanssouci rupanya kolega dekat Candi Borobudur dan Candi Prambanan di Indonesia. Mereka sama-sama termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang ditetapkan oleh UNESCO sejak 1990.

Gema Takbir Idul Adha Tanpa Potong Kurban

Hari Raya Idul Adha yang jatuh pada Senin 12 Desember 2008 yang lalu, tidak hanya bisa dinikmati umat Muslim di Indonesia. Di Berlin, Jerman, umat Muslim juga merayakan Hari Raya Kurban.

Untuk warga Indonesia, salat Id dilakukan di Aula Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Berlin. Salat dimulai pukul 9.30 waktu setempat. Ini terhitung pagi, karena di musim dingin ini matahari baru terbit pukul 8.04 waktu Berlin.

Rangkaian acara dimulai dengan salat Id berjamaah, dan khutbah. Usai itu, warga Indonesia pun saling bersalam-salaman dan kemudian menikmati hidangan yang ada sambil bersilaturahmi.

Tidak ada acara potong kurban seperti lazimnya di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang ingin berkurban menyetor uang kurban kepada panitia kurban Masjid Al Falah IWKZ e.V. Panitia kemudian menyalurkan dana kurban ke Rumah Zakat Indonesia.

“Panitia mengumpulkan 16 kambing kurban senilai 1.136 Euro dan hasilnya disalurkan lewat Rumah Zakat Indonesia,” kata Sekretaris I KBRI Berlin Pak Agus Priono.

Senang rasanya bisa kumpul dengan warga Indonesia lainnya. Walau tidak ada acara potong kambing, tapi kita tetap bisa makan.... Gulai Kambing. Mmmmm...

Salju Pertama di Berlin

Hujan gerimis musim gugur pada Jumat 21 November 2008, mulai berganti dengan bunga-bunga es. Salju pertama pun turun di Berlin menandai awal musim dingin yang datang lebih cepat.

Salju turun pada pagi dan sore hari. Namun masih tipis-tipis saja. Tidak hanya Jumat, salju pun kembali turun pada Sabtu (22/11/2008) pagi. Pemandangan serba putih mewarnai berbagai sudut kota. Kesampaian juga akhirnya lihat salju hehehe.

Taman kota, taman bermain anak-anak dan lapangan bola tertutup lapisan salju yang tipis. Mobil-mobil yang diparkir di tempat terbuka pun tidak luput berselimut salju di atap dan kap mobil. Namun karena matahari bersinar cerah banyak salju yang langsung menguap menjelang sore hari.

Kondisi cuaca ini dinilai lebih baik dari tahun lalu dimana Berlin tidak mendapatkan salju. Malahan, salju tahun ini dinilai datang lebih cepat. Temperatur di Berlin berkisar antara -2 sampai 0 derajat Celcius.

"Biasanya Desember, ini November sudah ada salju," kata Pak Suripto, warga Indonesia yang sudah lama tinggal di Berlin, dalam sebuah perbincangan.

Salju pertama tidak hanya dinikmati warga Berlin. Situs pemantau cuaca Wetter.de melaporkan, salju perdana sudah dapat dinikmati antara lain di Dresden, Hamburg, Muchen, dan Koln.

Salju kemudian bisa kita nikmati sebulan sekali. Mulai dari November, awal Desember, Januari yang paling tebal, dan pertengahan Februari. Alhamdulillah, kami puas bermain dengan bunga es putih ini.

Friday, March 6, 2009

Sapu-sapu Daun Musim Gugur

Gue datang ke Berlin pas musim gugur. Ini bahan berita feature pertama gue ke Detikcom. Soalnya momennya memang pas, awal November 2008.

Langit kelabu dan dedaunan yang memerah atau menguning. Itulah suasana khas musim gugur di Berlin, Jerman.

Daun pohon semacam Oak atau Maple akan terus berguguran sampai tidak bersisa lagi di musim dingin nanti. Sampai saat itulah petugas dinas kebersihan setempat akan berjibaku membersihkan jutaan daun yang berguguran.

Namun sebenarnya tidak semua daun-daun perlu dibersihkan. Dedaunan yang rontok di tengah taman kota, dibiarkan begitu saja. Yang dibersihkan hanya daun yang menutupi jalur pejalan kaki di taman, trotoar dan jalan raya.

Setiap pagi antara pukul 07.00-09.00 waktu Berlin, petugas kebersihan sudah bersiaga. Mereka membawa sapu atau mesin blower (peniup daun). Foto yang dibawah ini dijepret langsung dari jendela. Begitu denger bunyi truknya, langsung deh buka jendela dapur. Jepret!

Nah anyway, dedaunan di taman dikumpulkan saja di satu sudut. Sedangkan, daun di trotoar ditiup ke jalan raya dan bersatu dengan dedaunan yang memang jatuh di jalanan. Kemudian, datanglah mobil penyapu daun yang mem-buldozer dedaunan tersebut sebelum dimasukkan ke bak penampungan sampah di mobil tersebut.

Namun, daun-daun yang berguguran tidak mengganggu warga Berlin untuk beraktivitas di taman kota dengan berolahraga jogging atau mengajak anjing jalan-jalan. Anak-anak pun tidak mempedulikan taman bermain mereka yang kini penuh dengan dedaunan.

Prolog

Awalnya, Mama suka bilang "Mana berita Jermannya? Kok ngga ada di Blog?". Iya juga, kalo dipikir-pikir berita dari Hongkong aja ada disini semua pake tag Hongkong Connection (judul film action).

Ya udah, gue coba masukin lagi berita-berita yang ringan dari Jerman (yang serius ngga usah lah). Sambil gue bumbuin ulang biar lebih sedap rasanya.

Nama menunya: Laporan dari Jerman. Enjoy....

Tuesday, February 3, 2009

Inspiration 2

Pada suatu siang di penghujung 2007, gue ajak Desti ke daerah pemukiman agak padat di Kesambi Dalam, Cirebon. Setelah menelusuri gang dan beberapa belokan kami pun sampai. Sebuah madrasah dengan anak-anak kecil mengaji mengisi waktu di sore hari.

Gue pun kembali melihat wajah teduh itu setelah sekian lama, semakin renta. Ustadz Bahrun. Gue mengucap salam dan mencium tangannya. Beliau meminta agar kita berbincang di rumah saja. Langkahnya tertatih akibat stroke namun menolak dituntun. Sepanjang jalan di berkata kepada para tetangga.

"Ini Faya anak dokter Maman, murid saya..," ujarnya berulang-ulang.

Sambil berbincang tentang isu-isu terakhir yang gue liput, kami pun tiba di rumahnya. Kita ingin memberitahu, Desti akan segera kuliah ke Korea (waktu itu belum tahu kalau akhirnya Allah mengumpulkan kami di Jerman : )).

Selalu ada keinginan di dalam hati untuk menyampaikan semacam laporan kemajuan hidup gue hehehehe. Hal itu berangkat dari sebuah hubungan guru dan murid yang panjang.

Ustadz Bahrun adalah orang yang mengajarkan gue mengaji, shalat, dll. Ustadz Bahrun juga yang menganulir Ijab Kabul gue waktu mau nikah ama Desti hiks hiks. Alasannya ada jeda sepersekian detik antara Ijab dan Kabul hehehehe. Perfection is a must, padahal penghulunya aja udah bilang okay.

Sejak SD gue belajar ama beliau. Dan gue bukanlah sosok murid yang baik hehehe. Sering dulu gue mogok mengaji, kalau sudah begitu, Pak Ustadz, begitu aku memanggilnya, mulai mendongeng soal nabi-nabi. Kalau sudah mendongeng, gue terkesima. Seru gitu ceritanya.

Alhasil...... gue tetap mogok mengaji hehehehehe. Alasannya supaya Pak Ustadz cerita lagi soal nabi-nabi. Tapi alhamdulillah Al Qur'annya khatam juga.

Di penghujung pelajaran, ada pesan yang selalu beliau sampaikan. Berulang-ulang. "Faya, 'Ilmu' itu hurufnya tiga, Aliiyun, Latiifun, Maliikun. Orang yang berilmu itu akan tinggi derajatnya, halus budi pekertinya, dan dia menjadi raja," kata beliau.

Di kesempatan lain beliau bilang, "Faya, 'Taqwa' itu hurufnya empat, Tawadhu, Qanaah, Wara, Yakin. Orang yang bertaqwa itu rendah hati, lapang hati, hidupnya seimbang, dan yakin,"

Tujuh kategori itu terus terekam dalam memori, karena gue tahu murid mengajinya ngga cuma gue dan Teteh Fanny. Masih banyak yang lain, dan Pak Ustadz selalu bercerita kalau ada muridnya yang sukses dalam pendidikan.

Tujuh pesan itu menjadi semangat gue, karena gue ingin suatu saat Pak Ustadz juga cerita ke murid-murid ngaji dia, kalau yang namanya Faya juga membanggakan dia. Simpel kan? Tapi dari satu keinginan sederhana, pesan beliau menjadi bahan bakar gue untuk terus belajar belajar dan belajar. Karena gue tahu, banyak yang lebih pinter dari gue. Gue bisa lebih maju dan berkembang ketika gue mau belajar.

Nggak peduli gue dimarahin berapa kali ama guru, dosen, atau atasan gue karena berbuat salah, gue nggak boleh berhenti. Karena kesalahan gue adalah pelajaran juga buat gue. Dan kalau ada orang selain orang tua gue yang harus tahu tentang kemajuan gue, beliau adalah Ustadz Bahrun.

Terakhir ketemu beliau adalah Oktober 2008. Sambil menikmati sore dengan secangkir teh panas dan kue, gue 'melapor' akan segera berangkat ke Jerman dan akan tetap menulis berita. Tapi gue tahu semua 'laporan' itu tidak akan pernah bisa impas dengan apa yang telah beliau lakukan.

Menjadikan si Faya ini manusia yang terus mau belajar. Gue berdoa agar Allah memberi pahala yang tidak pernah terputus untuk beliau, atas ilmu yang bermanfaat. Pak Ustadz...... terima kasih.......

Saturday, January 24, 2009

Catatan Mama Zahra: Zahraku Sakit

Hari Minggu 11 Januari, seharusnya jadi hari keluarga yang menyenangkan. Hari itu juga aku udah janjian sama temen-temen pengajian untuk ke Masjid Indonesia di Perlebergerstrasse, Berlin.

Tadinya sekalian mau ngajak Zahra supaya ikutan TPA bareng anak-anak Indonesia lainnya. Tapi... tiba-tiba Zahra muntah-muntah setelah aku suapin beberapa sendok sup. Awalnya batuk sesekali, trus tiba-tiba aja dia muntahin semuanya.... Haduhh... sia-sia deh makanan yang udah sempet masuk ke lambung dia. Habis ga bersisa. Habis itu Zahra keliatan lemes sekali, gak ceria dan tampak "nakal" seperti biasanya. " Zahra gak mau makan lagi mama.... ga enak", cetus Zahra. Aku coba rayu dengan makan roti dan selai coklat kesukaan dia. Tapi cuma mau setengah lembar roti aja... Ya sudahlah daripada nggak sama sekali.

Makin lama batuknya makin parah... Sepertinya ada dahak yang mengganjal di tenggorokan dia. Untungnya masih ada sedikit sisa obat di lemari, bawaan dari Indonesia. Tinggal sisa 2 sendok teh obat batuk dan flu dan sebotol paracetamol syrup. Kepikiran juga mau ke dokter, tapi baru inget kalo Minggu ga ada yang buka. Malemnya Zahra batuk-batuk dan muntah lagi, padahal perutnya blom diisi apa-apa. Jadilah kami berdua gantian jagain Zahra.

Senin pagi, Zahra sepertinya udah baikan. Papanya nganter Zahra ke KITA (playgroup-red), dan aku ke kampus. Siangnya Zahra dan papanya balik ke rumah. Zahra tampak kelelahan sekali, dan napasnya bunyi "ngikk...ngik.." kaya yang lagi bengek aja nih. Olala.. ternyata Zahra abis diajak jalan-jalan ke taman kota yang jaraknya sangat jauh buat ukuran anak kecil, kira-kira 800 meter sekali jalan, so.. totalnya dia musti jalan kaki 1,6 Km (hihi...matematikanya dipake nih..).

"Kaki Zahra sakit mah... Cape.. Tadi sama Frau Silke diajak jalan ke taman sama temen-temen", kata Zahra. Waduh...beneran nih orang Jerman, ga bisa tahan liat matahari nongol dikit aja, langsung minta jalan-jalan ke luar. Hari itu memang matahari bersinar cukup terang di hari yang dingin saat Winter ini.

Malamnya.. batuk Zahra makin menjadi. Kali ini ditambah demam yang cukup tinggi. Zahra makin rewel aja, nangis terus dan ga bisa tidur nyenyak. So..this gonna be another night for us to stay awake for Zahra. Kita putuskan besok pagi Zahra gak masuk KITA dulu dan dibawa ke Dokter Anak. Tapi.... blom tentu juga bisa dibawa ke Dokter Anak hari itu juga, karena disini kudu bikin janji dulu. Segala jenis jasa Dokter disini ga bisa instant hari itu juga kita datang.. musti reservasi dulu.. gimana kalo ada sakit gawat darurat tengah malem?? Masa kudu janjian dulu.. keburu "lewat" dong pasiennya.. hehehe...

Alhamdulillah paginya pas kita telepon Dokter Cremer, ternyata bisa bikin janji hari itu juga jam 11 pagi (lagi sepi order nih dokter..heheh..). Tapi kita juga masih cemas, apa iya yang dialami Zahra ini bakalan dianggap penyakit. Sebelumnya aku pernah bawa Zahra ke dokter ini juga, karena Zahra sejak awal Winter di bulan November pilek ga sembuh-sembuh... Ada kali 3 minggu itu pilek ga ilang. Tapi gak dikasih obat apa-apa sama dokter, cuma disuruh pulang aja dan kasih pesen minum yang banyak. Coba kalo dokter Indo.. huh.. langsung deh resepnya banyak plus antibiotik si obat andalan.

Sama Dokter Cremer, Zahra dikasih resep satu doang. Sirup Obat Batuk extract daun Thyme.. obat batuk herbal gitu. Walah, ini Jerman kok jadi tradisionil gini ya? Jadi inget iklan obat panas dalem, "Extract Thyme! Ini dipake juga in my country!"

Alhamdulillah kita punya asuransi, kalo nggak mah gak tau deh musti bayar jasa dokternya berapa. Disini kalo biaya jasa yang menggunakan tenaga orang lain harganya mahal luar biasa. Mau pindahan nyewa mobil harganya 110 euro per jam (plg murah), manggil teknisi internet kalo ada masalah koneksi sekali dtg 60 eur0 (dengan kerjanya yang cuma satu menit ajah). Apalagi bayar dokter.. wedehh ga kebayang. Tapi untuk obatnya kita musti bayar, dengan harga Student.. lumayan lah cuma 6,5 Euro.

Hari ini... udah hampir seminggu Zahra sakit. Yang berkurang sih demamnya doang. Batuk dan pileknya masih ada (dan ga dikasi obat pilek lagi..hiks..). Sekarang dia udah bisa tidur lumayan lama, paling-paling kebangun lagi setelah tidur 3-4 jam, karena batuk dan ngeluarin dahak. Suaranya sampe hilang. Aduh...kasian banget Zahraku...lemes banget. Aku sempet mikir, betapa berharganya keceriaan dan 'kenakalan' Zahra selama ini, dibanding melihat kesakitan dan kesedihan dia. Ada rasa menyesal kenapa selalu memarahi Zahra kalo dia suka iseng, berantakin rumah, bandel. Sekarang aku kangen bandel dan cerianya Zahra.

Zahraku sayang... cepet sembuh yaa... jangan sakit lagi. Sekarang giliran mama dan papa yang ketularan sakitnya Zahra, ketika Zahra udah mulai membaik. Tapi gapapa.. yang penting Zahra sehat. Mama kangen Zahra yang makannya banyak, suka nyanyi-nyanyi di depan kaca sambil egal egol pantatnya..hiihihi...We miss your cheerfull Zahra. Get well soon dear...