Monday, April 28, 2008

Protes Seorang Dokter Lugu

Jumpa pers di Kedubes AS hari itu agak berbeda. Gue lihat nggak pakai podium, melainkan meja panel dengan 5 bangku, serius banget neh. Untuk Dubes, Wakil Dubes, Direktur NAMRU dan 2 ilmuwan NAMRU.

Hari itu mereka melakukan pembantahan habis soal tudingan intelejen, mandegnya MoU serta berondongan pertanyaan soal kekebalan diplomatik yang aneh. Tensi sempat naik dari Dubes Cameron Hume yang dicecar soal kekebalan diplomatik ilmuwan NAMRU.

Di luar itu, diskursus NAMRU berkembang melebihi soal flu burungnya sendiri. Menkes Siti Fadilah Supari mengkritik dominasi perusahaan farmasi kapitalis di belakang riset flu burung. Bisnis milyaran dollar yang menanti pada detik pertama vaksin H5N1 terbaru telah siap.

Orang banyak yang bilang itu menteri ngga ada kerjaan, lugu banget, polos, kaya nggak tahu kapitalis, cari ribut, kaya ngga ada tugas laen, masih banyak masalah kesehatan lain, dst.

Terlepas dari gayanya yang ceplas ceplos seperti ibu arisan hehehe, gue memahami pikirannya. Menkes kita itu dokter, babe gue juga dokter. Mereka punya pola pikir sama sebagai individu yang mendedikasikan diri untuk keselamatan manusia.

Mereka hanya berpikir sederhana, kenapa orang yang paling sakit justru kesulitan mendapatkan obat. Indonesia dan Vietnam kehilangan ratusan penduduknya akibat flu burung. Namun vaksin sudah diborong habis negara-negara besar. Negara berkembang harus membeli sangat-sangat mahal sebuah vaksin yang virusnya diambil dari dalam rumah mereka sendiri.

Seorang dokter tidak bisa menerima logika ini. Dia akan protes, walaupun dia berhadapan dengan kekuatan kapitalis yang berlindung di belakang tekanan politik negara-negara besar.

Menkes masih juga dikritik berteori konspiratif. Munarman mungkin iya konspiratif, tapi Menkes adalah orang yang pernah menaruh harapan pada WHO, dan WHO lebih memilih negara-negara maju yang memberi suntikan dana.

Maju terus Bu Menkes! Rakyat Indonesia bersama anda!

Monday, April 21, 2008

Cinta Kupu-kupu

Cinta itu seperti kupu-kupu

Aku melihat mereka banyak dan terbang di sekitarku

Dan aku hanya duduk di sebuah bangku taman

Memperhatikan kemana kupu-kupu hinggap

Sedangkan aku….

Aku ditemani satu kupu-kupu paling cantik yang hinggap di jari telunjukku

Cukup satu yang tidak bosan kupandangi sepanjang hari itu

Besok, lusa dan selamanya

Kupu-kupu itu

Kamu………

Monday, April 14, 2008

Disturbing Behaviour

Dengan tagline 'Buat gue jalan raya', mobil Willys 4x4 itu dengan giras menerobos belukar dalam sebuah iklan rokok.

Kesannya macho, gagah, penakluk alam, tapi senyumku getir. Yang aku ingat adalah pulang mendaki Kawah Ratu, Gunung Salak dan melihat kerusakan di hutan pinggir desa.

"Abis dipake balapan off road," ujar teman kami yang orang Bogor.

Dahan patah, akar tercerabut, tunas tergilas. Apa yang macho dari pemerkosaan alam seperti itu? Mereka bukan jalan raya, mereka ratusan organisme yang rusak dilindas.

Alam bukan untuk ditaklukan Bung! Kita datang ke rumah besar yang bernama alam bebas untuk bertamu. Dan tamu harus tahu aturan. Buat yang pernah dan masih naek gunung pasti ingat. Karena ini perjanjian internasional kita dengan planet bumi. Yang diamini dari puncak Everest sampai dasar Laut Bunaken.

Kill nothing but time
Take nothing but picture
Leave nothing but footprint

Kita datang ke alam bebas untuk menegaskan diri kita adalah satu keping dari puzzle besar bernama ekosistem. Kita sama aja dengan penghuni alam lain. Satu kelebihan manusia hanya karena Allah menunjuk kita jadi khalifah. Khalifah adalah manajer yang boleh memanfaatkan isi alam tapi harus memastikan ekosistem tetap berjalan dengan baik.

Kita tidak berdiri tegak menantang gunung. Tapi kita ikut duduk bertasbih bersama tupai, elang, anggrek, eidelweiss, air dan batu.

Thursday, April 10, 2008

Selamet......selamet....

Bener-bener kalo kita dalam perjalanan tuh kudu berdoa minta selamet.

Kemaren malem baru balik dari kantor jam 21. Makan malem dulu di kantor sambil nunggu ujan berhenti.

Badan kerasa udah cape banget dan mata gue meredup. Bahaya juga nih nyetir motor begini sampe Parung.

Berhentilah gue di Pasar Parung, safety first man. Sambil rehat, makan gorengan, minum, ngelurusin kaki, geber motor lagi.

Baru aja tikungan pom bensin Lebak Wangi, motor-motor ama mobil berhenti. Bingung gue, emangnya ada macet bubaran pabrik? Pabriknya kan masih jauh. Tapi banyak orang pada lari-lari ke depan gue.

Mana gelap gulita pula. Motor gue geber ke depan baru keliatan ada pohon gede depan Sekolah Alam Parung tumbang, kena kabel listrik ama telepon juga makanya gelap.

"Baru banget tumbangnya," kata warga saat gue tanya. Ngga ada polisi satu pun, namanya juga baru tumbang.

5 menit kemudian mulai macet deh, padahal jam 22. Itu gara-gara jalan raya ketutup total. Warga aja ama biker berjibaku patahin kayu pake golok, tangan atau kaki.

Gue laporin deh kejadiannya ke kantor. Sambil Arfi menerima laporan gue, gue mikir….. Kalau gue memaksakan diri dan nggak berhenti buat rehat…. gue yang ketimpa pohonnya……

Wednesday, April 9, 2008

Lonely Journey

Kereta yang membawa gue membelah pagi meninggalkan Cirebon, Selasa itu. Suasana gerbong sepi, sama sepinya dengan hati gue.

Zahra gue titipkan (again) di neneknya. Si pipi baso ini bahkan belum bangun waktu papanya harus ke Jakarta lagi. Email Desti yang terakhir bilang, dia nggak betah sendirian di Berlin.

Gue memaksakan diri untuk tidur. Namun telepon dan SMS bergantian terus masuk ke ponsel gue menjejalkan agenda liputan.

Istana, Wapres, kantor, semua sama saja sekarang. Tidak ada yang menyambut gue pulang.... Gue sungguh menunggu waktu dimana nanti kami bertiga berkumpul lagi, dan waktu berjalan sangat-sangat lambat.

Dalam desah nafas panjang, gue memejamkan mata....

Wednesday, April 2, 2008

Baru, Lama, Ori, Nggak Ori

Sejak umat manusia menemukan DVD dan menyebarluaskannya, gue berhenti nonton bioskop. Mending nonton di rumah, bisa berkali-kali, sambil guling-guling. Kualitas gambar dan suara, sudah ciamik (kecuali elo beli DVD bajakan hari-hari pertama yang gambarnya miring-miring).

Gue nyari DVD kalau ngga di Stasiun Pasar Minggu, di Jembatan Merah Bogor deket stasiun Bogor. Soalnya harganya semurah Glodok, Pasar Minggu deket kantor, Bogor deket rumah. Rusak boleh tuker.

Cuma para pedagang di Pasar Minggu nggak ngerti barang. Mereka cuma tahu DVD baru, lama, ori (original) dan nggak ori. DVD dilapak mereka hanya diatur beberapa kolom, barat, komedi, horor, asia, kartun. Jangan sengaja cari judul apa gitu, mereka cuma bisa jawab 4 kategori sederhana itu.

Contoh
Gue: Bang, ada Fifty First Date?
Penjual: Pipty apaan mas?
Gue: Fifty First Dates, Adam Sandler....
Penjual: (diam 5 detik) Oooo, kayanya ngga ada mas..
Gue: Music and Lyrics, Drew Barrymore!
Penjual: Mmmmmmm.....
Gue: Ya udah, Kamen Rider Blade... (kesel mode ON)
Penjual: (blank....tatapannya kosong...)
Gue: Yang kaya Satria Baja Hitam tapi film baru...
Penjual: Mmmmm cari yang laen aja ya mas.... Yang ori ini, yang belum ori itu...
Gue: AAAAAAAARGH!

Situasinya beda banget kalau gue ke Bogor. Ketegori film lebih detil, ada horor, drama, perang, kolosal, korea, jepang, misteri, action, komedi dll jadi lebih gampang nyarinya. Penjualnya juga pinter.

Gue: Bang ada Die Hard 4?
Penjual: Ada.. Mau koleksi Harrison Ford nggak yang Clear and Present Danger? atau Air Force One? Udah ori loh... Denzel Washington juga banyak nih yang ori..
Gue: Cari Kamen Rider Blade juga...
Penjual: Wah Blade habis mas, belum pesen lagi. Ada Kamen Rider Kiva nih paling baru di Jepang, yang Kamen Rider Deno udah ada koleksinya tapi baru setengah season...
Gue: (nyengir bahagia...)