Friday, February 1, 2013

Ketika PKS Tersandung Daging

Semoga judul blog kali ini belum dipakai jadi judul Tempo atau media lain hehehe. Tapi begini ceritanya.... Hari Kamis 31 Januari kemarin, saya nggak ngantor dan meninggalkan Shafa sendirian mengatur detikTravel, karena teman-temannya liputan semua.

Saya seharian berobat ke RS Karya Bhakti Bogor karena sesak nafas. "Bapak kerja apa sampai sakit begini?" kata dokter penyakit dalam yang saya datangi, sebelum meminta saya berbaring di ranjang periksa. Saya menjawab kalau saya wartawan dan dia langsung menyambar, berita apa yang menarik untuk saya ceritakan.

Sambil berbaring dan terhalang tirai, sementara Pak Dokter memeriksa data medis saya di meja, berceritalah saya tentang berita seru: Presiden PKS jadi tersangka KPK. Puas rasanya saya cerita panjang lebar, dan baru sadar, Pak Dokter ini tidak kunjung menghampiri saya dan membela Presiden PKS Luthfi Hassan Ishaaq dari tempat duduknya itu.

"Luthfi pasti difitnah, ada yang nggak suka sama PKS, terus KPK diumpanin untuk membidik PKS. Pasti Demokrat karena kemarin Andi Mallaranggeng sudah kena sama KPK," kata Pak Dokter.

Saya bangkit dari ranjang periksa. Ini dokter lagi ngapain sih? Wah dia sedang membaca BBM.

"Nih Luthfi Hassan bilang ini adalah fitnah...." kata dia.

Oaaalaaaaaah, Pak Dokter ini kader PKS toh dan dia dapat BBM internal para kader PKS. Pantesaaaaaaaan. Semua kenalan saya yang kader PKS di BB, statusnya dua. Kalau bukan hadits 'fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan', statusnya 'Hasbunallah wa ni'mal wakil....'

Untung saya nggak diapa-apain sama Pak Dokter ini setelah saya mengkritik PKS hehehe. Tapi akhirnya kita jadi mengobrol seru. Dia yakin PKS diobok-obok menjelang Pemilu 2014, saya mengiyakan. Dia yakin kalau PKS bisa bersikap tepat, PKS justru mendapat simpati karena dizalimi, saya lebih mengiyakan.

Tapi saya luruskan pandangan dia sedikit. Kalau KPK sengaja membidik PKS, kan Demokrat sudah lebih dulu menjadi korban KPK. Kalau Luthfi dan PKS yakin tidak bersalah, tidak usah takut dengan KPK toh. Logikanya sesederhana itu.

Saya memahami kegeraman Pak Dokter sebagai kader PKS di akar rumput. Ini kegeraman yang sama dengan jutaan kader PKS di seluruh Indonesia. Masalahnya adalah, apa yang sesungguhnya terjadi hanya Luthfi dan Allah saja yang tahu.

Kalau yakin tidak bersalah, lebih baik Luthfi dan tim hukum dari PKS menyiapkan pembelaan terbaik untuk berhadapan di Pengadilan Tipikor. Itu lebih baik daripada PKS bersikap reaktif. Concern saya cuma satu dan itu agaknya kurang dibahas juga dalam diskursus PKS dan daging impor ini.

Begini, ketika KPK mengatakan dua alat bukti sudah cukup untuk menetapkan seseorang menjadi tersangka. Salah satu alat bukti itu, sepanjang pengetahuan saya sebagai wartawan, adalah rekaman sadapan. Alat bukti kedua bisa tangkap tangan, dokumen penting, dll. Rekaman sadapan ini bukan main-main. Terukur dengan perbandingan serius bahwa ini adalah suara asli orang yang bersangkutan. Rekaman sadapan KPK selama ini mengungkap sisi gelap para tersangka yang selama ini terbalut oleh pencitraan.

Terserah PKS mau bilang ini fitnah atau apa. Saya hanya khawatir, hanya khawatir...... Ketika rekaman itu diperdengarkan KPK di Pengadilan Tipikor, ucapan Luthfi yang direkam itu akan mengungkapkan sisi lain Luthfi yang kita tidak tahu. Saya membayangkan hal itu akan menghancurkan hati jutaan kader PKS di akar rumput, yang masih lurus, idealis, ghirohnya luar biasa untuk umat, seperti Pak Dokter saya ini.

Semoga tidak ada yang disembunyikan Luthfi dan PKS bisa membuktikan ini fitnah belaka. Tapi jika memang KPK berhasil mengungkapkan hal yang selama ini tersembunyi, ya sudah. Hancurlah PKS tersandung daging. PKS harus legowo kalau benar demikian.

Kalau Presiden baru PKS Anis Matta menyerukan tobat nasional dan para kader PKS lantang berujar 'Hasbunallah wa ni'mal wakil', saya akan berkata lain. 'Allahumma arinal-haqqa haqqan warzuqnat-tiba'ah, wa arinal-batila batilan warzuqnaj-tinabah'. Ya Allah, tunjukan kalau benar, tunjukan kalau batil. Sederhana!

Kalau PKS nyaman berada di posisi yang dianggap benar, apakah PKS juga siap menerima kenyataan kalau seandainya mereka salah? Sekarang kita bicara sisi spiritual sedikit sebagai penutup. Kalau PKS merasa selalu membela Allah, lantas Allah malah memberikan kejadian ini untuk PKS. Bisakah mereka berpikir jernih mengenai apa yang ingin disampaikan Allah? Berpikirlah...

No comments: