Sunday, January 13, 2013

Sri Lanka: Sebuah Pemandangan 175 Tahun

View dari balkon Harbour Room
 Beres liputan Sri Lanka Expo 28 Maret 2012 silam, sambil nggak dapat berita apa-apa juga, saya, kawan-kawan wartawan dan Mba Glory Singapore Airlines memutuskan hengkang dari sana. Hmmm, rupanya panitia Expo sudah menyiapkan tempat untuk kita makan siang: Grand Oriental Hotel. Rupanya bukan tempat sembarangan. Mereka ingin sekalian mempromosikan sebuah tempat yang bisa jadi objek wisata sejarah di Colombo.

Lorong kota tua di York Street
Kolonialisme Inggris di Colombo, Sri Lanka, menyisakan banyak bangunan antik yang memesona wisatawan. Grand Oriental Hotel ini adalah salah satu bangunan antik tersebut. Tempat ini menawarkan suasana makan zaman panjajahan dengan pemandangan Pelabuhan Colombo. Klasik!

Hotel jadul ini terletak di ujung jalan York Street, di kawasan kota tua Colombo. Patokannya gampang, hotel ini bersebelahan dengan Mabes Polisi Colombo dan pintu masuk Pelabuhan Colombo. Kita sempat menikmati lorong-lorong kota tua ini sebelum masuk ke dalam hotel.

Di lobi hotel, ada plakat soal keterangan pembangunan Grand Oriental Hotel. Dibangun dengan duit 80.000 Poundsterling oleh Pemerintah Inggris pada 1835, hotel ini selesai dibangun pada 1837. Artinya, hotel ini sudah berumur 175 tahun, wow!

Untuk menikmati pemandangan terbaik di Pelabuhan Colombo, silakan naik ke lantai 5 hotel ini menuju restoran Harbour Room. Nama tempatnya pas banget. Restoran ini dikonsep dengan suasana restoran di dalam kapal dan punya pemandangan menakjubkan dari Pelabuhan Colombo. Para wisatawan yang berkunjung bisa menikmati buffet atau ala carte tergantung hari kunjungannya.

Yang unik, daftar menu minumannya berbentuk menyerupai peta tua. Sementara, makanan hari ini berkonsep buffet. Begitu melihat buffet-nya, mata saya langsung hijau. Kari! Kari bertebaran di mana-mana! (pakai efek mata berlinang-linang). Saya campur semua di piring, Dhal Curry, Chicken Curry dan Mutton Curry.

Tampak depan Grand Oriental Hotel
Makanan enak sudah di meja, kini saatnya menikmati pemandangan. Meja paling dekat jendela memang menjadi rebutan. Pemandangannya bagaikan layar TV raksasa menampilkan pelabuhan dan laut lepas. Aktivitas bongkar muat kapal, kapal patroli, serta kapal pesiar di kejauhan, hiruk pikuk itu begitu terasa.

Tapi, kita ingin pemandangan yang lebih asyik. Jadi setelah makan, kita melipir ke balkon restoran. Panas hawanya tapi kita bisa menikmati angin pelabuhan, suara kapal pun terdengar lebih jelas dan lebih leluasa untuk mengambil foto.

Di kepala saya langsung terbayang, bagaimana para pejabat kolonial Inggris, dan para landlord pemilik perkebunan teh dahulu bergaul di tempat ini. Pada malam hari, pasti lampu-lampu pelabuhan juga akan tampil dengan cantik. Setelah 175 tahun berlalu, suasanya klasik ini nyaris tak berubah.

Soal suasana makan di Grand Oriental Hotel ini sudah tayang di detikTravel juga kawan-kawan...

No comments: