Kereta yang membawa gue membelah pagi meninggalkan Cirebon, Selasa itu. Suasana gerbong sepi, sama sepinya dengan hati gue.
Zahra gue titipkan (again) di neneknya. Si pipi baso ini bahkan belum bangun waktu papanya harus ke Jakarta lagi. Email Desti yang terakhir bilang, dia nggak betah sendirian di Berlin.
Gue memaksakan diri untuk tidur. Namun telepon dan SMS bergantian terus masuk ke ponsel gue menjejalkan agenda liputan.
Istana, Wapres, kantor, semua sama saja sekarang. Tidak ada yang menyambut gue pulang.... Gue sungguh menunggu waktu dimana nanti kami bertiga berkumpul lagi, dan waktu berjalan sangat-sangat lambat.
Dalam desah nafas panjang, gue memejamkan mata....
No comments:
Post a Comment