Sunday, August 5, 2012

A Gentlemen Agreement

Merujuk istilah dari Shafa, gue adalah redpel yang punya sampingan sebagai tong sampah curhatan anak-anak :) Tapi serius, bukankah membosankan kalau di kantor kita cuma ngobrol soal kerjaan. Maka saya menikmati semua obrolan dengan TravelTroopers selain urusan menulis berita.

Gue tidak ingat awalnya, tapi siang itu tiba-tiba sedang ngobrol dengan Putri soal cowok yang memikat hatinya dan apa tanggapan ibu dan bapaknya. Tiba-tiba! (boleh dengan efek zoom in zoom out sinetron Punjabi) Gue pikir gue tahu cowok yang jadi preferensi bapaknya Putri.

"Bapak kamu pilih yang ini ya? (menyebut nama cowok)" tebak saya.
"Alasan Mas Faya apa?" tanya Putri.
"Tapi tebakan gue benar kan," sahut saya dan Putri cuma nyengir.

Mendadak obrolan itu jadi penting buat gue, bukan lantaran gue bisa menebak cowok pilihan bapaknya Putri, TAPI karena gue juga adalah ayah dari seorang anak perempuan dan mungkin 20 tahun dari sekarang, akan ada seorang pemuda mengetuk pintu rumah gue dan mencari Zahra. Gue belum terbayang harus bagaimana, tapi dari obrolan itu semua jadi jelas.

Bapaknya Putri melakukan hal yang sama persis dengan apa yang dilakukan almarhum bapak mertua gue, dan mendadak jelas buat gue sekarang apa maksud dari segala ucapan bapak mertuaku itu dulu. Intinya, seorang ayah akan memilih pemuda yang paling siap untuk melakukan Gentlemen Agreement dengan dia.

Gentlemen Agreement adalah perjanjian di antara dua pria terhormat, yaitu seorang ayah dan pemuda yang ingin punya hubungan serius dengan anak putrinya itu. Elo mau anak gue, elo minta baik-baik ama gue, kita bikin Gentlemen Agreement. Nah, pemuda mana yang siap melakukan itu, rupanya ada parameternya. Bapaknya putri dan bapak mertua gue parameternya sama, berarti gue juga mesti ngikutin tuh.

Serius, jujur, ulet, tekun, berani, pekerja keras, respek ama ortu ceweknya. Walaupun pemuda itu bukan siapa-siapa asalkan parameter itu ada, dia siap melakukan Gentlemen Agreement. Gue ternyata juga melalui penilaian itu.

Bapaknya Desti tahu betapa gue serius ngejar anaknya sejak SMA, sampai ke UI pun gue kejar walau itu artinya gue harus menempuh UMPTN dulu dan asli itu nggak gampang. Dan, gue berani bilang ke beliau gue serius dan ingin menikahi anaknya, dengan kondisi gue baru lulus dan belum kerja. Nekat? Bukan, gue berani, karena gue punya planning.

Beberapa waktu setelah menikah, gue pernah terlibat obrolan sore hari. Beliau bicara soal pemuda desa biasa-biasa saja yang dia setujui untuk menikah dengan keponakannya di Ciamis.

"Asalkan orangnya tekun, sukses itu tinggal soal waktu," kata beliau. Si pemuda itu kini jadi bandar ponsel dan voucher paling besar di Cibinong dengan 2 rumah dan mobil Terios anyar.

Tapi pada sore hari itu, gue juga tahu bahwa kata-kata itu ditujukan juga buat gue. Gue adalah si pemuda serius dan ulet itu juga, makanya gue dikasih menikah sama anaknya walaupun gue belum kerja hehehe. Gue membayar setiap kepercayaan almarhum dengan karir gue sekarang. 7 Tahun kerja dan sudah jadi redaktur pelaksana, itu adalah energi luar biasa yang salah satunya dipacu oleh kepercayaan dari beliau. Apa yang gue raih hari ini adalah bagian dari Gentlemen Agreement itu, gue janji untuk sanggup menafkahi anaknya.

Sikap bapaknya Putri mengkonfirmasi sikap bapaknya Desti, bahwa itulah pertimbangan paling penting dari seorang ayah terhadap pemuda yang menghendaki putrinya. Gue akan menyetujui cowoknya Zahra yang paling siap melakukan Gentlemen Agreement sama gue kelak. Kalau cuma main-main, iseng-iseng doang, gue bacok!

Pada hari dimana akhirnya gue benar-benar berhadapan dengan bapaknya Desti untuk melakukan Gentlemen Agreement, punggung gue seperti ditimpa karung beras 60 kg, badan gue berat banget sumpah. Ya Allah! Gentlemen Agreement ini beneran serius ya. Mengambil alih amanat atas nasib seorang perempuan dari bapaknya ke gue.

Untuk cewek-cewek yang sedang menunggu Mr Right, pastikan saja dia siap melakukan Gentlemen Agreement dengan ayah Anda. Good luck!

Satu hal lagi, Gentlemen Agreement ini implikasinya luas dan serius, tapi dia punya seremoni formal yang sederhana. Perjanjian di antara dua pria terhormat atas nama Tuhan tentang menentukan nasib seorang perempuan yang sama-sama mereka sayangi. Yang satu, menyerahkan kepada yang lainnya. Islam mengatur Gentlemen Agreement ini dengan indah lewat prosesi sederhana: Ijab Kabul.

No comments: