Wednesday, August 8, 2012

Jadi Kapan Kalian Mau Urus Papua?

Dengan suara kresek-kresek, Sastri menelepon dari Lembah Baliem, Papua sana, sembari saya menyendokkan bubur ayam hangat untuk mengisi perut semalam. Gelagatnya buruk nih. Batalnya Menparekraf Mari Elka Pangestu membuka Festival Lembah Baliem disambut kekecewaan bupati dan warga Jayawijaya.

Pagi tadi bupatinya menggelar keterangan pers. Jelaslah saya kenapa bupatinya sangat kecewa.

"23 Tahun menunggu, 4 kali ganti presiden, nggak ada menteri pariwisata yang ke sini. Padahal yang akan ditampilkan adalah murni budaya dan ini adalah budaya tertua di Papua," curhat Bupati Jayawijaya John Wempi Wetipo dalam jumpa pers di Hotel Baliem Pilamo, yang dilaporkan Sastri.

Eh busyet? Selama itukah? Anda wajar marah Pak Bupati. Festival Lembah Baliem sudah berumur 23 tahun, reputasinya sudah mendunia...... tapi rupanya belum men-Jakarta........

Menparekraf Mari Elka Pangestu mengikuti jejak para pendahulunya, sejak 22 tahun lalu, untuk tidak menghadiri Festival Lembah Baliem. Alasannya ada rapat kabinet dengan Presiden SBY. Padahal, pak bupati sudah menyiapkan helikopter untuk ibu menteri kita

Ah lagi-lagi urusan di penghujung Nusantara tidak pernah terlihat seksi di mata penguasa. Para penguasa sedang panik menunggu siapa yang bakal diseret KPK menjadi tersangka minggu ini, atau minggu depan. Semua sedang galau memantau tingkat popularitas yang anjlok. Sebuah festival eksotis di ujung timur Indonesia, sudah tidak penting lagi untuk mereka di Jakarta.

Padahal dalam kesempatan berbeda, politisi berlomba berkoar untuk setiap kasus penembakan, atau konflik bersenjata di Bumi Cendrawasih. Semua berteriak, "Papua bagian dari Indonesia!" Lip service kadang begitu memuakan.

Kasihan Baliem, kasihan ratusan orang-orang Suku Dani. Hari ini dengan bangga mereka memakai koteka, perempuannya memakai kombou. Mereka angkat tombak-tombak mereka dalam tarian penuh kegagahan. Mereka merayakan sebuah budaya yang paling tua dan masih lestari di Bumi Papua.

Mereka hanya butuh sedikiiiiiitttt saja PERHATIAN dari Jakarta. Tak perlu janji-janji promosi internasional untuk Lembah Baliem. Mereka hanya butuh Mari Elka hadir bersama di saat panah pertama melesat menembus tubuh anak babi menandai permulaan festival. Sedikiiiit saja mungkin senyum dari ibu menteri kita mewakili pemerintah pusat, maka orang-orang Dani akan memberikan senyum mereka yang paling lebar.

Jadi kapan kalian mau urus Papua?

2 comments:

Anonymous said...

sastri kapan pulang mas faya? sudah lama ngilang..hihi.

Faya said...

Hari ini nih pulang, lagi nunggu pesawat katanya