Liputan soal profil Wiwik Lo TKI sukses makan waktu juga. Teman RCTI bikin rekaman juga sih, jadinya lebih makan waktu, setting adegan dll. Nggak kerasa, hari mulai gelap saat liputan selesai.
Udah gitu, kita nggak langsung pulang. Pasangan David dan Wiwik Lo mau mentraktir kita Bebek Peking. Bebek Peking adalah makanan oriental yang tersohor. Seperti apa sih rasanya? Jadi penasaran.
Pada Senin (13/8/2007) malam, kami mendatangi Jin Yuen Restaurant di samping City Garden, North Point Hong Kong. Restoran yang lebih elit dari dari restoran Spicy Crab di Wan Chai. Kami makan bersama dengan David dan Wiwik Lo, bekas TKW yang kini sukses berbisnis di Hongkong, serta staf Konjen RI.
Dengan pelayan berjas, restoran bernuansa warna merah ini berukuran besar dengan belasan meja, atau meja-meja privat yang dilengkapi televisi. Kami berdelapan termasuk staf Konjen RI Viktor memilih satu meja agak depan.
Seafood memang bukan menu utama di sini, melainkan unggas. Meski demikian, restoran ini menyediakan banyak pilihan termasuk seafood segar juga.
Kami memilih makanan yang bukan seafood, setidaknya seafood yang belum kami coba di Spicy Crab. David dan Wiwik Lo yang memiliki perusahaan jasa paket khusus TKI ini, sepertinya memang hobi makan. 8 Menu pun dipilihkan untuk kami.
Kami memesan Peking Duck with Lemon Sauce (bebek panggang), Roasted Pigeon (burung dara bakar), Baked Crispy Chicken (ayam panggang), Steam Prawn (udang rebus), Dried Fried Squid With Chili and Salt (cumi goreng tepung), Garoupa with Pickle Sauce (ikan kerapu), cah kangkung, dan bubur kacang hijau dan kacang merah.
Makan malam dimulai dengan udang rebus segar yang ditemani kecap asin. Udang ini benar-benar hanya direbus tanpa bumbu dan baru mendapat rasa dari kecap asinnya, daging udangnya terasa sangat segar.
Kemudian datanglah burung dara bakar yang ternyata dagingnya sangat lembut. "Wah di Indonesia dagingnya liat," ujar kawan wartawan yang memang gemar burung dara. Ayam panggangnya pun bercita rasa sama.
Belum kami tuntas dengan burung dara, cumi goreng tepung sudah datang. Kecap dan irisan cabe atau garam, menjadi pilihan bumbu pelengkapnya. Rasanya sungguh renyah. Kalau cah kangkung mirip-miriplah dengan yang biasa kita dapatkan di Indonesia.
Akhinya yang ditunggu-tunggu datang. Pelayan restoran membawa meja dorong dengan bebek panggang tersaji matang. Warna coklat keemasan sungguh mengundang selera.
Bebek peking panggang dimakan kulitnya karena renyah. Sang pelayan mengiris kulitnya dengan cekatan dan menyajikannya dengan kulit lumpia basah bertabur wijen.
Irisan kulit bebek dioleskan ke saus tiram, ditemani potongan panjang ketimun dan lalu dibungkus kulit lumpia. Mmmmmm.... maknyussss! Lidah kami pun bergoyang.
Bebek yang sudah dikuliti kemudian dipotong-potong, lantas dimasak lagi dengan sup berkuah kaldu dan ditemani sayur bhok coy. Sup panas ini sungguh gurih, apalagi jika Anda memang pencinta sayur kerabat cay sim ini.
Menjelang perut kenyang, ternyata masih ada lagi ikan kerapu yang direbus dan disajikan dengan kecap asin. Ikan ini hanya dimasak sesaat agar dagingnya tidak menggumpal. Kerapu di Hong Kong dan banyak makanan laut lain, ternyata diimpor dari Indonesia.
"Kepala dan buntutnya harus dihabiskan, ini kebiasaan di sini," ujar Wiwik Lo memaksa kami mengisi ruang perut yang hampir tidak tersisa.
Hidangan penutup pun akhirnya disajikan. Bubur kacang hijau dan kacang merah. Saya pilih kacang merah, karena kacang hijau sudah biasa saya makan. Saya tadi membayangkan kacang merah berukuran besar. Namun ternyata ukurannya seperti kacang hijau, namun warnanya merah dan rasanya sama.
Kami pun meninggalkan Jin Yuen Restaurant dengan perut kenyang dan lidah yang dimanjakan. Nikmat renyahnya kulit bebek peking terus terbayang hingga kami kembali ke Causeway Bay.
No comments:
Post a Comment