Di Indonesia, membuka kasino harus dilakukan sembunyi-sembunyi. Pengunjungnya pun masuk diam-diam. Tapi di Macau, inilah Las Vegas Asia. Penasaran dengan isinya, kami memilih yang paling megah, Sands Casino.
Saat itu waktu sudah menunjukan Kamis (16/8/2007) dini hari, namun suasana di depan Sands dan casino-casino lainnya tetap ramai. Mengklaim sebagai casino pertama yang didukung penuh investasi asing di Macau, Sands casino dibuka pada 2004. Luasnya tidak tanggung-tanggung, 90.100 meter persegi. Saya serasa masuk Grand Indonesia di Bundaran HI.
Bangunannya sih hanya 4 lantai tidak termasuk parkir bawah tanah, namun jarak tinggi dari satu lantai ke lantai lain saya taksir mencapai belasan meter. Kesan pertama saya adalah sekuriti gila-gilaan.
Pintu masuknya menggunakan detektor logam. Biasa saja pikir saya, di Indonesia sudah lazim. Namun tongkat detektor logamnya yang canggih. Saya membawa laptop dan kamera. Saya yakin terdeteksi, tapi saya berpikir tas saya akan dipindai dengan tongkat hitam bermerek dan akan berbunyi jika mendeteksi barang-barang tertentu.
Tongkatnya ternyata sebuah batang berbentuk tabung berdiameter 2cm dengan panjang 40 cm. Tongkat ini bening transparan, seperti bahan acrilic untuk membuat plakat atau piala. Tidak ada kabel yang tampak dari batang transparan ini. Tapi ini detektor logam lho. Si petugas kemanan lalu meminta saya membuka tas.
"Sorry, laptop is not allowed," ujar petugas itu sopan meminta saya menuju tempat penitipan barang dan mengulang masuk lewat pintu detektor. Tanpa Laptop dan kamera saya.
Saya pun masuk ke lobi. Di sini terdapat Pearl Room, arena judi seluas 1.580 meter persegi. Ini ruangan khusus untuk penjudi yang tidak merokok. Permainan yang disediakan di sini adalah poker, blackjack, roulette, baccarat, fan tan, dan 180 mesin jackpot.
Tapi ini baru permulaan. Kami naik ke lantai 2, Main Gaming Level. Nah ini dia pusat hiruk pikuknya Sands Casino. Dengan langit-langit setinggi sekitar 20 meter, saya seperti berada di hanggar pesawat terbang atau galangan kapal.
Meja-meja judi yang sama seperti pearl room, berjumlah ratusan. Semua dipadati penjudi. Hingar-bingar dan asap rokok ribuan orang memnuhi ruang raksasa ini. Begitu berada di lantai ini, ada jejeran loket penukaran uang dengan chip. Koin judi warna-warni tergantung nilainya.
Ratusan meja diatur dalam deret-deret memanjang. Setiap meja memiliki lampu tinggi dengan tiang menyerupai cendawan. Namun perhatikan, tidak semua bulatan kaca di tiang itu merupakan lampu. Dari 5 bola kaca di setiap tiang cendawan ada 3 kamera keamanan yang disamarkan mirip lampu, namun merupakan kamera yang bisa berputar 360 derajat.
Artinya, satu meja diawasi 3 kamera keamanan. Silakan hitung, berapa kamera yang mereka sediakan untuk ribuan meja di seluruh kasino ini. Mantap! Tapi tenang, masih ada lagi pengamanan lainnya.
Saya menunggu sebuah permainan baccarat hingga persediaan kartu sang bandar habis. Kartu yang sudah digunakan tidak boleh dipakai lagi. Kartu ini akan dipindahkan ke kotak plastik transparan seperti tupperware. Agar aman, selain berita acara permainan ada pula chip khusus seukuran SIM card berwarna hijau yang dimasukkan ke kotak, lalu kotak itu disegel.
Petugas kasino membawa troli dorong berkeliling membawa kartu-kartu yang bekas digunakan untuk diganti dengan stok kartu baru. Petugas sangar asal Asia Utara menjaga troli-troli ini. Ramesh, itu nama yang saya baca di dadanya.
"Orang Nepal," ujar seorang pengunjung kepada saya.
Semua dilakukan cepat dan rapi. Saya jadi ingat ini model troli yang digunakan Danny Ocean dalam film Ocean Eleven untuk menyelundupkan rekannya yang lentur masuk ke ruangan brankas besi.
Gaya berjudi pun seru-seru, apalagi mereka yang masih muda-muda. Jika bandar membagi kartu, jangan langsung dibuka, tapi diintip. Miringkan kepala, picingkan mata, angkat sudut kartu dengan kuku jempol. Buka sedikit-sedikit. Belasan penonton di belakang si pemain bisa ikutan memiringkan kepala.
Kalau Kartunya bagus, banting ke depan bandar dengan penuh gaya dan penonton bertepuk tangan. Kartunya jelek, dibanting juga namun dengan wajah kecewa. Saya tersenyum geli. Rasanya seperti lagi menonton syuting film Gods of Gambler (Dewa Judi) yang diperankan Chow Yun Fat, Andy Lau, dan Stephen Chow.
Mereka yang sudah tua lebih banyak memilih bermain jackpot. Santai, duduk tenang, tidak ada ketegangan khusus seperti bermain di meja arena. Bosan bermain judi, ada Xanadu. Panggung hiburan di tengah ruangan yang menampilkan sexy dancers atau musik-musik top 40.
Ingin suasana yang lebih sepi, silakan lanjut ke lantai 3, Fortune Level, yang luasnya 920 meter persegi, atau ke lantai 4 Treasure level yang luasnya 2.260 meter persegi. Luas sisa bangunan Sands Casino dihabiskan untuk restoran, klub eksekutif dan teater.
Kehidupan di Sands Casino dan casino-casino lain di Macau berlangung tanpa henti. Semua terpulang pada individu yang bermain dengan nasibnya sendiri. Bisa berhenti atau membiarkan nafsu menguasai.
Di pintu keluar kasino, saya melihat 2-3 orang yang tiduran di lantai. Wajah mereka kusut. Seorang nenek mencoba tidur mendekap tasnya erat-erat. Saya tidak berani bertanya, berapa uang yang mereka habiskan di malam tadi.
No comments:
Post a Comment