Thursday, March 6, 2008

Kami Ingin Jadi Agen Perubahan

Siang itu, Selasa 14 Agustus 2007, jadilah kami berkumpul di Konjen RI, Hongkong di Leighton Road, buat wawancara Konjen RI Hongkong Ferry Adamhar. Begini nih beritanya:

Pemerintah setempat yang mendukung buruh migran dan TKI yang mengorganisir diri dengan rapi membedakan Hong Kong dengan negara-negara lain penerima TKI. Konjen RI berkewajiban untuk dapat memanfaatkan secara maksimal kesempatan emas ini.

"Kami ingin menjadi agen perubahan untuk TKI. Mereka tidak hanya mendapat uang, tapi juga memiliki nilai tambah," ujar Konjen RI untuk Hong Kong Ferry Adamhar di kantornya, Causeway Bay, Hong Kong.

Menurut Ferry, kepentingan Konjen RI, pemerintah Hong Kong, dan TKI sudah mengarah kepada titik temu. Konjen berkewajiban melindungi warganya, pemerintah Hong Kong sebagai negara jasa harus menunjukkan citra positif dari kehidupan buruh migrannya, dan TKI yang bertekad mengubah nasibnya.

"Di sini satu-satunya negara di mana TKI tidak bisa dikirim kalau kontrak kerja tidak disetujui oleh Konsulat Jenderal," imbuh dia.

Sifat TKI yang cenderung penurut di satu sisi merupakan kelemahan mereka dibandingkan buruh migran Filipina yang keras terhadap kontrak kerja. Namun Ferry justru melihat ini sebagai peluang untuk memperkuat posisi tawar TKI.

"Kalau TKI kita pulang, anak majikan mereka bisa nangis. TKI pula yang justru mendatangkan uang untuk Hong Kong, karena mereka belanja, beli ponsel, ke salon, dan lain-lain," cetusnya.

Menurut Ferry, fakta-fakta ini yang menunjukkan perlunya sebuah program terpadu menyiapkan TKI menjadi mandiri dan diperlakukan lebih layak oleh majikannya. Pada saat mereka datang, ada program penerimaan dan pendataan hingga TKI tidak merasa terasing.

Selama mereka di Hong Kong, ada program dari Konjen atau swadaya TKI untuk mengembangkan diri lewat berbagai pelatihan, organisasi seni, budaya, agama dan olahraga, pengelolaan gaji. Tujuannya agar mereka bisa mempersiapkan masa depan.

"Kalau mereka tahu dan membekali diri, mereka bisa pulang dan memulai usaha untuk hidup mandiri. Mereka tidak usah selamanya jadi TKI," jelas mantan Dirjen Perlindungan WNI Deplu ini.

Tambahan:

Pak Ferry ini dulunya emang narasumber ketiga di Deplu setelah Menlu, dan Juru Bicara Deplu. Jabatannya kan dulu Dirjen Perlindungan WNI. Teleponnya pasti panas berdering-dering dari wartawan kalau ada kabar TKI mati, disiksa, atau WNI celaka di luar negeri.

No comments: