Jika Jakarta masih membangun monorail yang entah kapan selesai, warga Hongkong sudah menikmati Mass Transit Railway (MTR) sejak 1979. MTR menjadi pilihan favorit masyarakat karena memudahkan mereka bepergian.
MTR melayani 2,4 juta penumpang setiap hari atau 30 persen dari penduduk Hong Kong yang hanya 6,8 juta jiwa. Kereta bawah tanah ini menyediakan 6 jalur trayek yang menjangkau seluruh Hongkong.
6 Jalur itu adalah bandara, Tsuen Wan, Kwun Ton, Tseung Kwan O, Tung Chung, dan Island. Saya pada Selasa (14/8/2007) mencoba MTR untuk mencari warnet di kawasan North Point. Apalagi kalau bukan warnetnya Mbak Wiwik Lo, TKI sukses jadi bos itu. Maklum, berita numpuk, laptop nggak dapat akses wi fi, mau nebeng internet Konjen males.
Lagi pula pagi itu memang agak santai. Agenda liputan kita bersama adalah wawancara Konjen RI Hongkong Ferry Adamhar nanti siang. Bang Reyhan RCTI dan patnernya memilih bikin visual hiruk pikuk Hongkong, Mas Rachmat memilih nongkrong di Konjen.
BTW, Stasiun MTR tersebar di seluruh Hongkong. Akses ke stasiun ditandai dengan logo MTR yang mirip logo ASEAN dengan warna dasar merah. Pintu masuk ke stasiun bisa muncul di perempatan atau menyembul di lantai dasar sebuah pertokoan. Jadi, buka mata Anda, satu stasiun bisa memiliki sampai 6 pintu masuk.
Saya memilih stasiun Causeway Bay Station yang hanya satu belokan dari tempat menginap. Membeli tiketnya pun sungguh praktis, tidak ada petugas loket, semua dilayani secara elektronik.
Dengan turun ke bawah tanah pakai tangga jalan, penumpang akan melihat belasan mesin tiket seukuran mesin ATM yang berjajar rapi. Intruksinya sangat user friendly dengan panduan bahasa Inggris dan Canton. Ada layar sentuh menggambarkan peta seluruh trayek MTR, mirip peta jalur busway karena tiap jurusan punya warna berbeda antara lain hijau, ungu, merah, atau kuning. Penumpang tinggal memencet gambar stasiun tujuan.
Komputer akan menghitung harga tiket dari stasiun asal, masukan uang koin atau kertas. Beberapa detik kemudian tiket akan keluar, termasuk uang kembalian jika memang ada.
Setelah itu penumpang menuju peron, baca papan petunjuk jika tidak mau salah peron. Apalagi jika Anda di stasiun transit antar jalur, jangan sampai salah jurusan karena jumlah peron yang banyak.
Peron dan rel kereta dibatasi dinding kaca untuk menjaga keamanan. Tidak perlu menunggu lama, untuk menunggu kereta datang. Hampir setiap 2 menit kereta akan lewat.
Jika Anda tidak terburu-buru, Anda bisa melihat toko-toko atau mencari koran di agen koran, atau membeli makanan ringan. Jangan bayangkan stasiun yang pengap, bahkan orang buta pun diberikan ubin lantai khusus untuk memandu mereka.
Wush... kereta pun melaju kencang. Suasana di dalam kereta sungguh nyaman. Walaupun penumpang padat, sistem pendingin berjalan dengan baik.
Penumpang sungguh tertib. Tidak ada pengamen apalagi pengemis. Suara elektronik kereta selalu mengingatkan untuk mendahulukan penumpang turun dan jangan di dekat pintu jika kereta mau berangkat.
Tidak ada pemandangan di jendela tentu saja. Namun Anda bisa tahu sudah sampai d imana dengan melihat panel elektronik bergambar jalur kereta di atas pintu. Suara elektronik pun memberi tahu anda nama stasiun berikutnya.
Tidak sampai 15 menit, saya pun tiba di North Point. Jika ingin lebih praktis, masyarakat bisa membeli tiket elektronik Octopus Card di stasiun. Kartu sakti seharga HK$ 150 (sekitar Rp 160.000) untuk segala jenis alat transportasi di Hongkong termasuk trem dan bis kota. Gunakan sepuasnya tanpa batas waktu sampai saldo di tiket elektronik Anda habis.
No comments:
Post a Comment